CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Kamis, 24 Juni 2010

Miskin dan Kaya

Miskin dan Kaya WORDPRESS.COM/ILUSTRASI

Masalah si miskin dan si kaya pernah menjadi perdebatan sengit di kalangan para sufi. Si miskin yang sabar atau si kaya yang pandai bersyukur dan murah hati? Ibn Taimiyah, pembaharu pramodern yang sangat kritis terhadap tasawuf, mengemukakan pemikiran baru dalam masalah ini. Dalam buku bertajuk Al-Shufiyah wal-Fuqara, Ibn Taimiyah memberikan keutamaan bukan kepada si kaya atau si miskin, melainkan kepada orang yang lebih bertakwa di antara keduanya. (Kitab Al-Shufiyah wal-Fuqara’, Hlh. 25-26).

Menurut Ibn Taimiyah, bila kebaikan si miskin lebih banyak, maka ia lebih utama. Jika kebaikan mereka sama, maka kemuliaan mereka sederajat dan setingkat. Langkah si kaya tertahan sejenak di depan pintu sorga lantaran harus menyelesaikan perhitungan (hisab) mengenai harta dan kekayaan yang dimiliki.

Miskin dan kaya, seperti dikemukakan Ibn Taimiyah di atas, tidak menjadi dasar keutamaan seorang. Di sini, miskin dan kaya hanya dapat diidentifikasi sebagai alat uji semata. Pengaruh ini, tentu sangat bergantung kepada kesiapan mental penerima ujian (HR Baihaqi). Sebaliknya, banyak pula manusia yang tidak siap dengan kekayaan, sehingga kekayaan membuat dirinya menjadi pelit dan sombong.

Sebagai alat uji, kefakiran dan kekayaan itu tidak kekal, tapi bersifat dinamis, artinya berubah dan berputar. Maksud kaya di sini, menurut sebagian besar ahli tafsir, adalah kaya harta.

Namun, menurut Abdullah Yusuf Ali, kaya di situ lebih menunjuk pada kekayaan rohani dan spiritual. Wallahu a’lam

0 komentar: