CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Senin, 21 Februari 2011

Bunga Pun Layu

         Tubuhnya yang dulu padat, kini jadi kurus kering. Rambutnya yang indah telah rontok satu persatu dan wajahnya terlihat pucat. Ia bernama ‘bunga’, terbaring sakit beberapa tahun terakhir.
         Sebelumnya, kami adalah sahabat sejak duduk di Sekolah Dasar (SD). Berbagai cerita  telah kami bagi bersama. Keindahannya lebih sangat terasa di saat kami sekelas dan duduk di bangku yang sama di salah satu Sekolah Negri Menengah Pertama (SMP). Kenakalan remaja, mulai dari bolos sekolah, perkelahian antar siswi dan kehidupan malam menjadi kegiatan yang kami gemari. Tetapi siapa yang duga, pertemanan kami berakhir begitu saja. Saya mulai berfikir untuk menata hidup ku dengan lebih baik. Menutup aurat dengan mengenakan kerudung adalah pilihan yang telah ku putuskan. Ku kira ia suka dengan perubahan itu tetapi tidaklah demikian. Bunga mulai menjauh dan mencari teman yang baru untuk menemaninya terus melakukan kegiatan yang kami lakukan bersama.
        Sejak masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA), sekolah kami pun berbeda. Saya sudah tidak lagi melihatnya seperti dulu karena perubahannya semakin buruk. Modernisasi memperbudak gadis putih, cantik dan tinggi ini. Sesekali saya mencoba bersilaturahim ke rumahnya seperti dulu tetapi ia tidak pernah menyambutku dengan baik bahkan, seakan sengaja tidak ingin bertemu dengan ku lagi.
Setahun berlalu, kami menjalani kehidupan masing-masing. Alhamdulillah prestasiku di sekolah mulai meningkat, kehidupan ku yang dulu kini berangsur membaik. Waktu pun berlalu begitu cepat, saya tidak lagi ke rumah bunga dan sudah tidak mengetahui keadaannya. Lalu, saya mendengar bahwa bunga jatuh sakit tetapi kerena kesibukan sehingga belum bisa menjenguknya.
        Dua tahun berlalu, saya di terima di salah satu Perguruan Tinggi Negri di Makassar. Kegembiraan itu membuat saya tidak menunda untuk mengabari dan berbagi bersama bunga. Tetapi, saya terkejut disaat bertemu dengannya, ia terlihat bukanlah bunga yang ku kenal dulu. Selama dua tahun bunga terbaring sakit, dokter sudah tidak dapat berbuat lebih sehingga memulangkannya ke rumah.
        Wajah dan tubuhnya tak sebaik dulu. Pertemuan terakhir kami sangatlah indah. Kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbagi cerita. Bunga banyak memuji ku, ia terus memuji ku. Ia menyesal tidak menerima ajakan ku dulu untuk meninggalkan kehidupan yang membuatnya hancur. Gaya hidup membuat bunga jatuh sakit karena minuman keras, pergaulan bebas dan yang lain telah ia geluti. Ia menyesal dan meminta maaf padaku. Tahukah kalian sobat, sungguh saat itu air mata yang ingin kujatuhkan kutahan sekuat mungkin. Kesedihan di hati tersembunyi rapi di balik senyumanku, karena ku tak mau ia melihatku menangis. Bunga pun meminta pamit, awalnya saya tidak mengerti tetapi di saat perjalanan pulang ke rumah, saya menerima kabar dari ibunya bahwa bunga telah tiada.

Dunia hanya tipuan bagai kilatan mutiara di tanah yang gersang
Wahai hamba Allah segalanya akan berakhir
Kita telah tertuang, pada taqdir yang bersanding menunggu….
(Abu Al ‘Itahiyah)

         Ya robb, sungguh sekarang ku mulai mengerti. Jalan yang engkau tunjukkan dulu hingga sekarang adalah jawaban untuk menjadikan ku sebagai manusia yang lebih baik dan mulia. Hidayah-Mu merupakan hadiah terindah seumur hidupku. Kini, saya hanya bisa bertemu dengannya di tempat peristirahatan terakhir. Kalau bukan karena petunujuk-Mu ya Allah Zat Pemberi Petunjuk, mungkin saya tidak dapat menulis kisah ini.
Insyaallah dengan keizinanMu ya Robb
Aku akan jejaki, jalan yang Kau ridhai
Suka dan duka kuterima, dengan penuh taqwa
Aku bersyukur menerima rahmatMu

Insyaallah, dengan keizinanMu Robb
Ku kan mencapai cita-cita murni
Ku abdikan hidup dan matiku
UntukMu, karenaMu ya Robb

(Hijjaz : KeizinanMu)


Referensi:
A.    Fillah, salim., Agar Bidadari Cemburu Padaku, Yogyakarta : PRO-U MEDIA, 2007.

0 komentar: