Perubahan sosial adalah normal dan berkelanjutan, tetapi menurut arah yang berbeda di berbagai tingkat kehidupan sosial dengan berbagai tingkat kecepatan.
Teori evolusi kuno adalam sosiologi mengandung berbagai cacat, namun salah satu prinsip sentralnya yang sahih adalah bahwa perubahan terjadi dimana-mana dan normal. Karena itu, masalah perubahan sosial lebih merupakan masalah tingkat perubahan ketimbang masalah ada atau tidak ada.
Tingkat perubahan rendah menimbulkan ketegangan. Secara tersirat ini mnyetakatan tingkat perubahan optimal bagi manusia, dalam konteks organisasi maupun dalam lingkungan yang berubah-ubah. Lebih dari itu, antisipasi terhadap ketiadaan dalam persaingan, semakin lama semakin berbahaya bagi manusia. Jika perubahan cepat menjadi sumber ketegangan mental, berangkali begitu pula ketegangan berlangsung terlalu lambat.
Ada tiga alasan manusia mengapa masyarakat yang sedang berkembang dapat menempuh jalan uniknya sendiri karena bagi masyarakat yang modern dan tradisional sama-sama homogeny. Mitos perkembangan satu arah dan pandangan utopia, semata-mata adalah mitos. Masa depan manusia pada dasarnya di perkirakan takkan menyatau menurut sistem sosial.
TEORI-TEORI SOSIOHISTORIS SIKLUS
Khaldun, sarjana Arab, mengajukan teori perubahan sosial yang tajam. Di antara pemikirannya yang mendalam dari karyanya adalah :
1. Metode historis menawarkan pendekatan terbaik untuk memahami perubahan sosial
2. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial banyak dan beranekaragam : faktor tunggal (seperti kepribadian atau teknologi) tidak mampu menerangkan perubahan sosial secara memadai.
3. Bentuk-bentuk organisasi social yang berbeda, menciptakan tipe kepribadian yang berbeda pula.
4. Konflik adalah mekanisme mendasar dari perubahan.
5. Berbagai faktor psikologi-sosial( kepemimpinan, kepribadian, kekompakan kelompok) membantu kita dalam memahami penyebab dan akibat dari konflik antar kelompok.
6. Perubahan cenderung merembes, terjadi di semua institusi sosial, agama, keluarga, pemerintah, dan ekonomi dan sebagainya terlibat dalam proses perubahan itu.
Ada nilai yang berperan untuk mengenali factor penting yagn terlibat di dalam perubahan social tanpa menyebabkan faktro itu menjadi menentukan. Toynbee menekankan kepada kita untuk memusatkan perhatian pada faktor konflik dalam perubahan, pentingnya peranan elit dan hubungan antara elit dan massa rakyat, serta arti penting factor sosio-psikologis dalam memahami perubahan sosial.
Sorokin menawarkan sebuah teori lingkaran perubahan sosial yang imajinatif dan mengesankan, yang di dukung sejumlah besar data. Kerya besarnya itu di akui mengandung sejumlah pernyataan yang masih dapat di perdebatkan. Sorokin menunjukkan kepada kita kemanfaatan pendekatan historis dalam studi perubahan social. Kematian kultur indrawi kita misalnya, berarti bahwa kita akan menuju kea rah “puncak kecemerlangan kultur dan masyarakat Barat yang kreatif itu akan berlanjut.
TEORI-TEORI SOSIOHISTORI PERKEMBANGAN
Auguste Comte
Comte memberikan beberapa petunjuk keliru. Ia terlalu mebatasi diri dalam mengenali factor-faktor dalam mempengaruhi tingkat perubahan. Ia menyetujui motos perkembangan satu arah, menganggap semua manusia akan menjadi masyarakat eropa barat, masyarakat industry seperti yang mereka ketahui. Meremehkan kekuatan ,manusia untuk membentuk masa depannya sendiri. Satu-satunya strategi untuk mempengaruhi perubahan menurutnya hanyalah strategi pendidikan dan pendidikan pulalah satu-satunya yang akan menyingkirkan rintangan kemajuan untuk mencapai era positif.
Herbert Spencer
Spencer mengakui bahwa masyarakat dapat mengalami kemunduran maupun kemajuan. Menurutnya, struktur social yang di citakan manusia sebagai konsekwensi dari cara berfikirnya. Hubungan struktur ini dapat berubah dan struktur masyarakatlah yang menurut cara berfikir dan tipe kepribadian tertentu sehingga terjadilah perubahan.
Emile Durkheim
Durkheim menekankan pentingnya solidaritas, menurutnya penting bagi kelangsungan hidup masyarakat. Selain itu, ia sangat menekankan arti penting factor demografi dalam perubahan social. Lalu melukiskan masa depan umat manusia dalam pengertian agak suram. Durkheim juga orang yang sejak awal meragukan mengnai pencapaian peradaban. Ia merasa bahwa ada kemungkinna terjadinya hubungan sebaliknya antara pertumbuhna kultur dan kebahagianan manusia. Dengan demikian dukheim mengingatkan kita bahwa kita berhati-hati dalam melihat keselamatan pandangan utopia; ada kekurangan masa sekarang dan keselamatan umat manusia menjadi serupa dengan kita (Barat) secepat mungkin.
TEORI FUNGSIONAL-STRUKTURAL
Talcott Parson
Dalam karyanya mengenai evolusi, Parson kurang menjelaskan sumber atau factor yang menyebabkan perubahan. Dalam mengatakan pentingnya Informasi masih belum menerangkan kapada kita tentang bagaimana control informationalitu membimbing ke tinkat evolusi baru dan belum dapat menerangkan bagaimana system informasi itu sendiri berkembang.
Neil Smelser
Deferensiasi secara tersirat berarti bahwa terdapat rentetan tertentu dalam perubahan sosial, sebagai berikut :
1. Ketidakpuasan yang berasal dari kegagalan mencapai tujuan yang memuaskan dan dari kesadaran tentang kemungkinan perubahan.
2. Kekacauan psikis dalam bentuk berbagai reaksi emosional dan aspirasi yang tidak tepat di liha tdari sudut penyelesaian masalah.
3. Penggunaan energi yang di keluarkan di langkah ke 2 di atas semakin rasional dalam upaya menyadari maksud dari system nilai yang ada.
4. Tingkat perumusan gagasan, di man aide-ide di bangkitkan secara berlimpah tanpa seorangpun mau bertanggung jawab atau memikul akibat.
5. Pelaksanaan perubahan oleh individu atau kelompok dan pelaksanaannya di beri sanksi sesuai dengna nilai yang ada.
6. Rutinitas perubahan yang dapat di terima.