قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw:
“Tiga hal, yang barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api” (Shahih Bukhari).
Allah berfirman, “Aku bersumpah demi hari kiamat” (QS. Al Qiyamah : 1). Tinggallah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Indah dan Maha Sempurna, Dialah Allah.
Dari kebaikan menuju kejahatan, dari pahala menjadi dosa, dari kesucian menjadi kehinaan menjadi kesucian dan setiap manusia banyaknya adalah selalu berubah – ubah dalam ketaatan.
Ketika manusia telah melebur menjadi debu dan tanah, Allah membangun kembali tubuhnya sebagaimana Allah membangun dari sel telur hingga tubuh manusia yang sempurna, Allah kembali membangun manusia.
“Yas alu ayyana yaumul qiyamah” Mereka bertanya, kapan itu hari kiamat?” (QS. Al Qiyamah : 6). Mereka menghina-Ku dihadapan-Ku, kata Allah Swt. Maksudnya, setiap dosa dan kesalahan itu selalu dilihat oleh Allah. Mereka bertanya, kapan itu hari kiamat? “Faidza bariqal bashar; wakhasafalqamar; wajumi’al syamsu walqamar” maka apabila mata terbelalak (ketakutan); hari di saat mata mata terbelalak dan ketakutan, hari dimana bulan tidak lagi bercahaya; hari dimana matahari dan bulan saling bertabrakan; (QS. Al Qiyamah : 7-9). Dihancurkanlah langit dan saling berbenturan antara matahari dan bulan, maka di saat itulah Allah berfiman, “Fayaquulul insaanu yaumaidzin ainalmafar” maka bertanyalah manusia yang hidup saat itu, ke mana harus mencari perlindungan? (QS. Al Qiyamah : 10). “..ainalmafar” mereka terus bertanya ke mana harus mencari perlindungan. Tidak ada tempat mencari perlindungan saat itu; (QS. Al Qiyamah : 11).
“Ilaa Rabbika yaumaidzilmustaqar” tempat kembali satu – satunya dan tempat tinggal yang tersedia adalah di hadapan Allah.
Karena dosa tidak pernah terlihat namun di saat itu dosa diperlihatkan, betapa buruknya, betapa memalukan dan betapa busuk dan hinanya dosa – dosanya dan ia melihat betapa indahnya amal ibadahnya, pahalanya dan segala ketaatannya kepada Allah dan ia melihat bagaimana para pendosa sampai ke neraka dan bagaimana yang taat sampai ke surga. “Walaw alqaa ma’aadziirah” Apapun yang ia perbuat, walau ia mengajukan udzur – udzur (alasan – alasan), Allah Maha Melihat dan menjadkan saksi Dzatnya dan permukaan bumi bersaksi atas apa yang diperbuat dari kebaikan dan keburukannya. Ketika ayat – ayat ini turun, Sang Nabi saw bergetar dalam membacanya. Maka Allah meneruskan firmannya “laa tuharrik bihi lisanaka lita’jala bihi; inna a’lainaa jam’ah wa qur’anah; faidza qura’nah fattabi’ qur’anah; tsumma inna a’laina bayaanah” (QS. Al Qiyamah : 16-19).
Kalimat – kalimat ini bukanlah kekejaman Ilahi tapi ajaran dari Rabbul Alamin Yang Maha Indah agar kita tidak tertipu dalam kehidupan yang sementara dan melupakan kehidupan yang abadi. “Wujuuhun yaumaidzin naadhirah; ilaa Rabbihaa naadhirah” (QS. Al Qiyamah : 22-23). Bukan matahari dan bulan, bintang tapi wajah – wajah hamba – hamba Allah. “ilaa Rabbiha nadhirah” memandang keindahan Allah Swt; (QS. Al Qiyamah : 23).
“Tadhunnu an yuf’ala bihaa faaqirah” Ia akan mendapatkan kefakiran yang abadi karena ia tahu akan diberi kesusahan yang kekal; (QS. Al Qiyamah : 25). “Fadhonna annahulfiraq” manusia tidak bisa menolongnya; (QS. Al Qiyamah : 28). “Waqiila man raaq; fadhonna annahul firaq”. Saat itu ia sudah tahu dengan pasti bahwa ia akan berpisah, berpisah dengan alam jasad, berpisah dengan keluarga dan teman, berpisah dengan harta dan jabatan, berpisah dengan semua yang ia lihat dan yang ia dengar.
Dari padatnya padang mahsyar menuju kehadirat Allah Swt menghadap. “Awlaa laka fa awlaa; tsumma awlaa laka fa awlaa” kerugian baginya, kerugian baginya dan kerugian baginya dan kerugian baginya; (QS. Al Qiyamah : 34-35). “Tsumma dzahaba ilaa ahlihi yatamaththaa” ia hanya melewati kehidupan dunia ini tanpa perduli Sang Pemiliknya dan ia bersenang – senang dan bertenang – tenang dengan keluarga dan semua kehidupan dunia ini tanpa perduli kenikmatan Allah dan panggilan Kasih Sayang Illahi; (QS. Al Qiyamah : 33).
Allah Swt menyampaikan ayat ini menjadi penggembira bagi orang yang beriman dan teguran bagi orang yang tidak beriman. Maksudnya, apakah setiap kali sujud tidak dihargai oleh Allah? Dibiarkan begitu saja atau orang – orang yang tidak beriman mengira kekufuran mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berbuat kemunkaran di muka bumi? “Faja’ala minhulzaujaiinil dzakara wal untsa; alaisa dzalika biqaadirin a’laa ayuhyiyalmautaa” Allah menjadikannya berpasang – pasangan dan berketurunan dan apakah dengan itu masih juga mereka belum mempercayai bahwa Allah bisa menghidupkan yang telah wafat? (QS. Al Qiyamah : 39-40).
Semoga Allah menghidupkan kita dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sampailah kita kepada hadits mulia ini, “tsalatsun man kunna fihi wajada halawatal iman” Tiga hal yang apabila ada pada seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman. Maksudnya apa? Betapa manisnya iman akan ia rasakan apabila ia mempunyai tiga sifat ini, sifat yang sangat luhur dari sifat – sifat orang yang dicintai Allah. “An yakunnallah wa Rasuluhu ahabb ilaihi mimmaa siwaahuma ” bagaimana? Ia jadikan Allah dan Rasulnya (Sayyidina Muhammad Saw) lebih ia cintai dari semua yang selain keduanya. Ia lebih mencintai Allah dan Rasul dari semua yang lainnya. Ini yang pertama, berat sekali tentunya. Akan dijelaskan selanjutnya. “Wa an yuhibbal mar’a la yuhibbuhu illa Lillah” dan apabila ia mencintai seseorang itu tidak ia cintai terkecuali karena Allah.
Maksudnya adalah ketika ia mempunyai teman atau saudara atau kerabat atau siapapun yang menjalankan kemunkaran dan dosa maka kuranglah penghargaannya kepada orang itu, jatuh harga diri orang itu di hadapannya ketika orang itu banyak berbuat dosa namun bukan membencinya. Hingga ia tidak memuliakan seseorang yang ia cintai dan ia hargai semata – mata hanya karena Allah Swt. Kekufuran disini maksudnya keluar dari Islam.
Ketika seseorang mendengar hadits ini, layaknya ia berjuang untuk mencapai kemuliaan hadits ini. Ia berusaha ingin mencintai Allah dan Rasul lebih dari segala – galanya.
Karena cinta mereka kepada kita lebih daripada segala yang lainnya. Allah Swt melihat Fir’aun yang sudah mengakui dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Benar dan berkata “Ana Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi. Datang kepadanya dengan ucapan lembut dan sopan barangkali ia mau bertaubat, tapi menolak menolak menolak dan menolak.
Ketika ia berdoa kepada Allah “Rabbiy andhirniy ila yaumiyub’atsuun” wahai Allah tunda siksaku sampai hari kebangkitan, Allah menjawabnya “fainnaka minal mundharin” engkau ditunda siksanya, wahai iblis. Kalau ia bertaubat niscaya Allah menerima taubatnya, namun ia tidak mau bertaubat karena sombongnya dan Allah menunjukkan Kasih Sayangnya kepada kita.
Atau mungkin Allah ijabah dengan kebalikan apa yang kita minta. Kalau kita minta kepada Allah dan dikabulkan namun bukan hanya dikabulkan oleh Allah tapi ditambahkan padahal dan Rahmat-Nya.
Allah beri ia bayi perempuan, maka ia berkata “aku melahirkan bayi perempuan padahal aku minta bayi lelaki”. Allah munculkan bayi perempuan yang lahir, kenapa? Muncullah seorang bayi perempuan dan ia berkata “wahai Allah kenapa ini aku melahirkan bayi perempuan? Maksudnya yang kuharapkan adalah seorang ksatria, mustahil seorang perempuan menjadi ksatria. Allah tidak berikan kepadanya doanya, tapi Allah jadikan 2X lipat lebih besar dari doanya. Dapat putri yang shalihah, Sayyidatuna Maryam salah satu wanita termulia di muka bumi yang melahirkan putranya Nabiyullah Isa alaihi salam.
Imam Ibn Hajar menjelaskan, mereka yang berusaha mencapai ini, ia sudah termasuk mendapatkan pahalanya. Kalau sudah ia mencintai Allah dan Rasul, maka ia dicintai Allah dan Rasul itu pasti. Maka jika kerinduan muncul pada diri maka kerinduan sudah muncul pada Dzatnya Allah.
Semakin ia naik derajatnya, semakin ia mendapatkan manisnya iman. Tidak mencintai melebihi sesuatu daripada Allah dan Rasul-Nya dan tidak mencintai seseorang kecuali karena cintainya kepada Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana tidak mau dilemparkan ke dalam api. Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsiy riwayat Shahih Bukhari bahwa kelak di hari kiamat ketika orang – orang penduduk surga telah sampai di surga maka Allah Swt berfirman menjelaskan kejadian itu “Aku siapkan untuk hamba – hambaKu yang shalih apa – apa yang belum pernah dilihat mata, apa – apa yang belum didengar telinga, belum pernah terlintas dalam sanubari mereka”. Untuk siapa? Tentunya kita masih punya harapan, karena orang yang berusaha mencapai derajat orang – orang shalih, ia sudah mendapatkan pahalanya. Jangan lupa “seseorang bersama dengan orang yang dicintainya”.
Maka Allah berkata “Aku halalkan untuk kalian Kasih Sayang-Ku dan Ridho-Ku dan Aku tidak akan murka pada kalian selama – lamanya. Maka itulah yang selalu diminta oleh Sang Nabi saw “Allahumma innanas aluka ridhakal wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wannaar”.
Beliau bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa seorang Nabi, kata beliau. Ketika sedang diperangi oleh umatnya, oleh kaumnya sampai terluka wajahnya maka berdarah – darah wajahnya, Nabi itu berkata “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”. Karena tidak terjadi di dalam sejarah, ada perbuatan Nabi seperti itu kepada kaumya terkecuali Sayyidina Muhammad Saw. Ketika darah mengalir dari wajahnya. Imam Ibn Hajar menukil salah satu riwayat lainnya, saat darah itu mengalir, Sang Nabi saw berusaha menahan dengan lidahnya, tangannya agar jangan sampai jatuh ke tanah. Rasul berkata “demi Allah,kalau sampai ada setetes darah dari wajahku terkena bumi, Allah akan menumpahkan bala kepada kaum yang memerangiku. Allah murka kalau ada setetes darahku sampai jatuh ke bumi, Allah akan celakakan mereka seraya berdoa “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”.
Mereka dalam kemuliaan yang sangat tinggi. Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsigah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha, di hari kiamat manusia diperintahkan melintas di jembatan ashshirat. Lewatlah jembatan shirat, saat manusia saling mundur untuk melintasi jembatan itu. Maka terdengarlah satu seruan dari malaikatul muqarrabin “ya ahlul jannah, Ghuddhuu absharakum, wa nakkisuu ru’uusakum, Fatimah binti Muhammad tamurru alassshiraat” wahai semua yang di padang mahsyar, tundukkan kepada kalian dan tundukkan pandangan kalian, beri penghormatan kepada Fatimah putri Muhammad yang akan melintas di jembatan shirat. Semua kepala tertunduk untuk menghormati putri Sayyidina Muhammad Saw. Ketika beliau saw di hari – hari akhirnya, (riwayat shahih Bukhari) beliau saw memanggil putrinya Sayyidatuna Fatimatuzzahra, “wahai Fatimah aku mohon pamit, aku akan meninggalkanmu”. Maka menangislah Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha dan berkata Rasul saw “kau adalah orang yang pertama kali menyusulku nanti wahai Fatimah”, maka Sayyidatuna Fatimatuzzahra terdiam, lalu Rasul saw berkata “apakah kau tidak ridha dan senang, kau menjadi pemimpin wanita yang paling mulia di dalam surga-Nya Allah”. Sayyidatuna Fatimatuzzahra tersenyum gembira. Para muhadditsin berkata bahwa Sayyidatuna Fatimatuzzahra bukan gembira menjadi wanita termulia di surga, tapi yang membuat ia tersenyum adalah derajatnya yangia capai sebagai wanita termulia di surga itu menggembirakan hati Sang Nabi saw. Maka ia tersenyum karena bisa membuat bangga Sang Nabi saw.
Rabbiy Rabbiy kami menginginkan derajat – derajat tertinggi di dunia dan akhirat dalam keridhoan. Rabbiy Rabbiy kami menghendaki dan mendambakan kenikmatan di dunia, kenikmatan di barzah, kenikmatan di akhirat. Rabbiy Rabbiy inilah doa, inilah munajat, jawablah segala harapan kami dan munajat kami.
Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah
Mari kita berdoa bersama dan juga dalam doa ini kita berdoa agar diberikan pemimpin yang baik bagi kita, pemimpin yang menindas kedhaliman, pemimpin yang mencintai para shalihin, pemimpin yang membela kelemahan, pemimpin yang membawa kedamaian bagi negeri kita.