CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Kamis, 24 Juni 2010

Manisnya Iman

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw:
“Tiga hal, yang barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api” (Shahih Bukhari).

Allah berfirman, “Aku bersumpah demi hari kiamat” (QS. Al Qiyamah : 1). Tinggallah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Indah dan Maha Sempurna, Dialah Allah.

Dari kebaikan menuju kejahatan, dari pahala menjadi dosa, dari kesucian menjadi kehinaan menjadi kesucian dan setiap manusia banyaknya adalah selalu berubah – ubah dalam ketaatan.

Ketika manusia telah melebur menjadi debu dan tanah, Allah membangun kembali tubuhnya sebagaimana Allah membangun dari sel telur hingga tubuh manusia yang sempurna, Allah kembali membangun manusia.

Yas alu ayyana yaumul qiyamah” Mereka bertanya, kapan itu hari kiamat?” (QS. Al Qiyamah : 6). Mereka menghina-Ku dihadapan-Ku, kata Allah Swt. Maksudnya, setiap dosa dan kesalahan itu selalu dilihat oleh Allah. Mereka bertanya, kapan itu hari kiamat? Faidza bariqal bashar; wakhasafalqamar; wajumi’al syamsu walqamar” maka apabila mata terbelalak (ketakutan); hari di saat mata mata terbelalak dan ketakutan, hari dimana bulan tidak lagi bercahaya; hari dimana matahari dan bulan saling bertabrakan; (QS. Al Qiyamah : 7-9). Dihancurkanlah langit dan saling berbenturan antara matahari dan bulan, maka di saat itulah Allah berfiman, Fayaquulul insaanu yaumaidzin ainalmafar” maka bertanyalah manusia yang hidup saat itu, ke mana harus mencari perlindungan? (QS. Al Qiyamah : 10). “..ainalmafar” mereka terus bertanya ke mana harus mencari perlindungan. Tidak ada tempat mencari perlindungan saat itu; (QS. Al Qiyamah : 11).

Ilaa Rabbika yaumaidzilmustaqar tempat kembali satu – satunya dan tempat tinggal yang tersedia adalah di hadapan Allah.

Karena dosa tidak pernah terlihat namun di saat itu dosa diperlihatkan, betapa buruknya, betapa memalukan dan betapa busuk dan hinanya dosa – dosanya dan ia melihat betapa indahnya amal ibadahnya, pahalanya dan segala ketaatannya kepada Allah dan ia melihat bagaimana para pendosa sampai ke neraka dan bagaimana yang taat sampai ke surga. Walaw alqaa ma’aadziirah Apapun yang ia perbuat, walau ia mengajukan udzur – udzur (alasan – alasan), Allah Maha Melihat dan menjadkan saksi Dzatnya dan permukaan bumi bersaksi atas apa yang diperbuat dari kebaikan dan keburukannya. Ketika ayat – ayat ini turun, Sang Nabi saw bergetar dalam membacanya. Maka Allah meneruskan firmannya laa tuharrik bihi lisanaka lita’jala bihi; inna a’lainaa jam’ah wa qur’anah; faidza qura’nah fattabi’ qur’anah; tsumma inna a’laina bayaanah” (QS. Al Qiyamah : 16-19).

Kalimat – kalimat ini bukanlah kekejaman Ilahi tapi ajaran dari Rabbul Alamin Yang Maha Indah agar kita tidak tertipu dalam kehidupan yang sementara dan melupakan kehidupan yang abadi. Wujuuhun yaumaidzin naadhirah; ilaa Rabbihaa naadhirah” (QS. Al Qiyamah : 22-23). Bukan matahari dan bulan, bintang tapi wajah – wajah hamba – hamba Allah. ilaa Rabbiha nadhirah” memandang keindahan Allah Swt; (QS. Al Qiyamah : 23).

Tadhunnu an yuf’ala bihaa faaqirah” Ia akan mendapatkan kefakiran yang abadi karena ia tahu akan diberi kesusahan yang kekal; (QS. Al Qiyamah : 25). “Fadhonna annahulfiraq” manusia tidak bisa menolongnya; (QS. Al Qiyamah : 28). Waqiila man raaq; fadhonna annahul firaq”. Saat itu ia sudah tahu dengan pasti bahwa ia akan berpisah, berpisah dengan alam jasad, berpisah dengan keluarga dan teman, berpisah dengan harta dan jabatan, berpisah dengan semua yang ia lihat dan yang ia dengar.

Dari padatnya padang mahsyar menuju kehadirat Allah Swt menghadap. Awlaa laka fa awlaa; tsumma awlaa laka fa awlaa” kerugian baginya, kerugian baginya dan kerugian baginya dan kerugian baginya; (QS. Al Qiyamah : 34-35). “Tsumma dzahaba ilaa ahlihi yatamaththaa” ia hanya melewati kehidupan dunia ini tanpa perduli Sang Pemiliknya dan ia bersenang – senang dan bertenang – tenang dengan keluarga dan semua kehidupan dunia ini tanpa perduli kenikmatan Allah dan panggilan Kasih Sayang Illahi; (QS. Al Qiyamah : 33).

Allah Swt menyampaikan ayat ini menjadi penggembira bagi orang yang beriman dan teguran bagi orang yang tidak beriman. Maksudnya, apakah setiap kali sujud tidak dihargai oleh Allah? Dibiarkan begitu saja atau orang – orang yang tidak beriman mengira kekufuran mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berbuat kemunkaran di muka bumi? Faja’ala minhulzaujaiinil dzakara wal untsa; alaisa dzalika biqaadirin a’laa ayuhyiyalmautaa” Allah menjadikannya berpasang – pasangan dan berketurunan dan apakah dengan itu masih juga mereka belum mempercayai bahwa Allah bisa menghidupkan yang telah wafat? (QS. Al Qiyamah : 39-40).

Semoga Allah menghidupkan kita dengan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sampailah kita kepada hadits mulia ini, tsalatsun man kunna fihi wajada halawatal iman” Tiga hal yang apabila ada pada seseorang maka ia akan menemukan manisnya iman. Maksudnya apa? Betapa manisnya iman akan ia rasakan apabila ia mempunyai tiga sifat ini, sifat yang sangat luhur dari sifat – sifat orang yang dicintai Allah. An yakunnallah wa Rasuluhu ahabb ilaihi mimmaa siwaahuma bagaimana? Ia jadikan Allah dan Rasulnya (Sayyidina Muhammad Saw) lebih ia cintai dari semua yang selain keduanya. Ia lebih mencintai Allah dan Rasul dari semua yang lainnya. Ini yang pertama, berat sekali tentunya. Akan dijelaskan selanjutnya. Wa an yuhibbal mar’a la yuhibbuhu illa Lillah dan apabila ia mencintai seseorang itu tidak ia cintai terkecuali karena Allah.

Maksudnya adalah ketika ia mempunyai teman atau saudara atau kerabat atau siapapun yang menjalankan kemunkaran dan dosa maka kuranglah penghargaannya kepada orang itu, jatuh harga diri orang itu di hadapannya ketika orang itu banyak berbuat dosa namun bukan membencinya. Hingga ia tidak memuliakan seseorang yang ia cintai dan ia hargai semata – mata hanya karena Allah Swt. Kekufuran disini maksudnya keluar dari Islam.

Ketika seseorang mendengar hadits ini, layaknya ia berjuang untuk mencapai kemuliaan hadits ini. Ia berusaha ingin mencintai Allah dan Rasul lebih dari segala – galanya.

Karena cinta mereka kepada kita lebih daripada segala yang lainnya. Allah Swt melihat Fir’aun yang sudah mengakui dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Benar dan berkata Ana Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi. Datang kepadanya dengan ucapan lembut dan sopan barangkali ia mau bertaubat, tapi menolak menolak menolak dan menolak.

Ketika ia berdoa kepada Allah Rabbiy andhirniy ila yaumiyub’atsuun” wahai Allah tunda siksaku sampai hari kebangkitan, Allah menjawabnya fainnaka minal mundharin” engkau ditunda siksanya, wahai iblis. Kalau ia bertaubat niscaya Allah menerima taubatnya, namun ia tidak mau bertaubat karena sombongnya dan Allah menunjukkan Kasih Sayangnya kepada kita.

Atau mungkin Allah ijabah dengan kebalikan apa yang kita minta. Kalau kita minta kepada Allah dan dikabulkan namun bukan hanya dikabulkan oleh Allah tapi ditambahkan padahal dan Rahmat-Nya.

Allah beri ia bayi perempuan, maka ia berkata “aku melahirkan bayi perempuan padahal aku minta bayi lelaki”. Allah munculkan bayi perempuan yang lahir, kenapa? Muncullah seorang bayi perempuan dan ia berkata “wahai Allah kenapa ini aku melahirkan bayi perempuan? Maksudnya yang kuharapkan adalah seorang ksatria, mustahil seorang perempuan menjadi ksatria. Allah tidak berikan kepadanya doanya, tapi Allah jadikan 2X lipat lebih besar dari doanya. Dapat putri yang shalihah, Sayyidatuna Maryam salah satu wanita termulia di muka bumi yang melahirkan putranya Nabiyullah Isa alaihi salam.

Imam Ibn Hajar menjelaskan, mereka yang berusaha mencapai ini, ia sudah termasuk mendapatkan pahalanya. Kalau sudah ia mencintai Allah dan Rasul, maka ia dicintai Allah dan Rasul itu pasti. Maka jika kerinduan muncul pada diri maka kerinduan sudah muncul pada Dzatnya Allah.

Semakin ia naik derajatnya, semakin ia mendapatkan manisnya iman. Tidak mencintai melebihi sesuatu daripada Allah dan Rasul-Nya dan tidak mencintai seseorang kecuali karena cintainya kepada Allah dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana tidak mau dilemparkan ke dalam api. Allah Swt berfirman di dalam hadits qudsiy riwayat Shahih Bukhari bahwa kelak di hari kiamat ketika orang – orang penduduk surga telah sampai di surga maka Allah Swt berfirman menjelaskan kejadian itu “Aku siapkan untuk hamba – hambaKu yang shalih apa – apa yang belum pernah dilihat mata, apa – apa yang belum didengar telinga, belum pernah terlintas dalam sanubari mereka”. Untuk siapa? Tentunya kita masih punya harapan, karena orang yang berusaha mencapai derajat orang – orang shalih, ia sudah mendapatkan pahalanya. Jangan lupa “seseorang bersama dengan orang yang dicintainya”.

Maka Allah berkata “Aku halalkan untuk kalian Kasih Sayang-Ku dan Ridho-Ku dan Aku tidak akan murka pada kalian selama – lamanya. Maka itulah yang selalu diminta oleh Sang Nabi saw Allahumma innanas aluka ridhakal wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika wannaar”.

Beliau bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa seorang Nabi, kata beliau. Ketika sedang diperangi oleh umatnya, oleh kaumnya sampai terluka wajahnya maka berdarah – darah wajahnya, Nabi itu berkata Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun. Karena tidak terjadi di dalam sejarah, ada perbuatan Nabi seperti itu kepada kaumya terkecuali Sayyidina Muhammad Saw. Ketika darah mengalir dari wajahnya. Imam Ibn Hajar menukil salah satu riwayat lainnya, saat darah itu mengalir, Sang Nabi saw berusaha menahan dengan lidahnya, tangannya agar jangan sampai jatuh ke tanah. Rasul berkata “demi Allah,kalau sampai ada setetes darah dari wajahku terkena bumi, Allah akan menumpahkan bala kepada kaum yang memerangiku. Allah murka kalau ada setetes darahku sampai jatuh ke bumi, Allah akan celakakan mereka seraya berdoa Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun.

Mereka dalam kemuliaan yang sangat tinggi. Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsigah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha, di hari kiamat manusia diperintahkan melintas di jembatan ashshirat. Lewatlah jembatan shirat, saat manusia saling mundur untuk melintasi jembatan itu. Maka terdengarlah satu seruan dari malaikatul muqarrabin ya ahlul jannah, Ghuddhuu absharakum, wa nakkisuu ru’uusakum, Fatimah binti Muhammad tamurru alassshiraat” wahai semua yang di padang mahsyar, tundukkan kepada kalian dan tundukkan pandangan kalian, beri penghormatan kepada Fatimah putri Muhammad yang akan melintas di jembatan shirat. Semua kepala tertunduk untuk menghormati putri Sayyidina Muhammad Saw. Ketika beliau saw di hari – hari akhirnya, (riwayat shahih Bukhari) beliau saw memanggil putrinya Sayyidatuna Fatimatuzzahra, “wahai Fatimah aku mohon pamit, aku akan meninggalkanmu”. Maka menangislah Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha dan berkata Rasul saw “kau adalah orang yang pertama kali menyusulku nanti wahai Fatimah”, maka Sayyidatuna Fatimatuzzahra terdiam, lalu Rasul saw berkata “apakah kau tidak ridha dan senang, kau menjadi pemimpin wanita yang paling mulia di dalam surga-Nya Allah”. Sayyidatuna Fatimatuzzahra tersenyum gembira. Para muhadditsin berkata bahwa Sayyidatuna Fatimatuzzahra bukan gembira menjadi wanita termulia di surga, tapi yang membuat ia tersenyum adalah derajatnya yangia capai sebagai wanita termulia di surga itu menggembirakan hati Sang Nabi saw. Maka ia tersenyum karena bisa membuat bangga Sang Nabi saw.

Rabbiy Rabbiy kami menginginkan derajat – derajat tertinggi di dunia dan akhirat dalam keridhoan. Rabbiy Rabbiy kami menghendaki dan mendambakan kenikmatan di dunia, kenikmatan di barzah, kenikmatan di akhirat. Rabbiy Rabbiy inilah doa, inilah munajat, jawablah segala harapan kami dan munajat kami.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah Laillahailallah Muhammadurrasulullah

Mari kita berdoa bersama dan juga dalam doa ini kita berdoa agar diberikan pemimpin yang baik bagi kita, pemimpin yang menindas kedhaliman, pemimpin yang mencintai para shalihin, pemimpin yang membela kelemahan, pemimpin yang membawa kedamaian bagi negeri kita.

Pembersih Jiwa

Manusia adalah materi (madah) yang oleh Allah diberi ruh sebagai rahasia kehidupannya. Allah juga melengkapi manusia dengan kekuatan (energi) yang sangat penting bagi kehidupan, seperti kebutuhan-kebutuhan organik dan naluri-naluri. Kesemuanya itu mendorong manusia untuk bertindak demi terpuaskannya kebutuhan yang dituntut energi itu. Namun, baik buruknya sikap (tindakan) manusia tergantung kepada baik buruknya hati manusia itu sendiri.

Ahmad bin Rajab Al Hambali dalam Jami’ul ‘Ulum wal Hikam berkata, ”Sesungguhnya baik buruknya tindakan seseorang dapat dilihat dari gerakan anggota badannya. Jika hatinya baik maka tidak ada di dalamnya, kecuali kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada apa yang dicintai Allah. Perasaan takut kepada Allah dan perasaan takut akan terjerumus kepada apa yang dibenci Allah, akan menjadikan seluruh gerakan anggota tubuhnya baik.”

Kalau kita perhatikan kerusuhan, kerusakan, dan kekacauan yang terjadi, maka semuanya disebabkan oleh rusaknya hati manusia, sehingga menimbulkan dominasi pola pikir yang tunduk pada materi dan adanya pengaruh egoisme individu dan kelompok.

Dengan demikian, kalau ingin mengubah sikap hidup manusia, maka yang utama harus digarap adalah hatinya. Sebab hati laksana raja, sedangkan anggota tubuh yang lain merupakan bala tentaranya.

Nabi saw bersabda, “Ingat dan ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik, maka tubuh (sikap dan tindakan) manusia baik semuanya. Dan apabila dia rusak, maka rusaklah semuanya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati” (HR. Bukhari-Muslim).

Mengingat pentingnya tazkiyatun nufus, yakni perbaikan pola sikap dan tindakan manusia dengan cara memperbaiki hati, maka tidaklah berlebihan jika berharap hal ini diupayakan oleh segenap lapisan masyarakat terutama lapisan atas (para pemimpin).

Dengan tazkiyatun nufus mereka akan terhindar dari sikap dan tindakan merugikan, yaitu tindakan yang didorong oleh hati yang rusak.

Pada Tiga Masjid

قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى (صحيح البخاري


Sabda Rasulullah saw:
“Janganlah memaksakan (berusaha keras) mengadakan perjalanan kecuali pada tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Rasul saw, dan Masjid Al Aqsha” (Shahih Bukhari).

Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Maha Raja langit dan bumi, Maha Membangun kemegahan alam semesta dari tiada, Maha Tunggal dan Maha Abadi sempurna dengan Keabadian-Nya dan alam semesta menjadi lambang Kesempurnaan-Nya. Terbit dan terbenamnya matahari menyaksikan Anugerah Ilahi yang tiada pernah terputus kepada hamba – hambaNya. Kenikmatan yang tiada tara yang tidak bisa diberikan oleh hamba satu sama lain.

Tiada satu manusia bisa menciptakan akalnya sendiri, tiada satu manusia bisa menciptakan tangannya sendiri, tiada satu manusia bisa menciptakan lidah dan bibirnya sendiri, tiada satu manusia bisa memiliki kehidupannya sendiri, bahkan ia lahir tanpa kehendak-Nya untuk lahir ke muka bumi. Semua bayi lahir tanpa tahu kenapa ia lahir. Maka diutuslah Para Nabi dan Rasul, para pembawa risalah mulia menuntun kepada keluhuran.

Sampailah kepada kita keagungan tuntunan Sayyidina Muhammad Saw. Allah Maha Tahu bahwa manusia itu selalu menginginkan keindahan. Namun Dia (Allah) menciptakan manusia itu lemah agar manusia banyak berdoa. Allah menciptakan manusia bisa berbuat jahat agar manusia mengenal Yang Maha Memaafkan. Hakikatnya merupakan bentuk perkenalan Kesempurnaan Allah dan Keindahan Allah.

Maka muncullah tujuh ayat dalam surah Al Fatihah yang mengandung rahasia Kasih Sayang Allah untuk hamba – hambaNya yang beriman dan yang tidak beriman. Bismillahirrahmanirrahim” (QS. Al Fatihah : 1) adalah kalimat yang mengenalkan Kasih Sayang Allah pada hamba-Nya yang beriman dan yang tidak beriman. Diizinkan minum, diizinkan makan, diizinkan bernafas, yang kesemuanya itu adalah bentuk dari nikmatnya Allah Swt.

Rasulullah saw itu kalau selesai minum beliau berdoa, Alhamdulillahilladzi ja’allahu ‘adzban furatan birahmatihi wa lam ya2j’alhu milhan ujaajan bidzunubina.” Allah bisa membalikkan air yang jernih itu menjadi bara api yang masuk ke dalam mulut kita karena dosa – dosa kita. Wa lam yaj’alhu milhan ujaajan bidzunubina Tidak Ia (Allah) dijadikan pahit dan getir bagi mereka karena dosa – dosa.

“Bismillahirrahmanirrahim” “Arrahman” (Maha Melimpahkan Kasih Sayang kepada seluruh makhluk-Nya). Kalimat ini mengenalkan Kasih Sayang dan merangkul seluruh makna kasih sayang dan kenikmatan yang dilimpahkan oleh Allah di muka bumi dan kenikmatan yang abadi kelak bagi yang beriman di dunia dan di akhirat. Demikian dan surah Al Fatihah juga adalah induk dari seagung – agungnya doa.

Surah Al Fatihah adalah induk dari seagung – agungnya doa, seagung – agungnya Rahmat-Nya Allah. Maka keselamatan dari dosa – dosa adalah jalan yang lurus dan baik.

Ihdinaashshirathalmustaqiim” (QS. Al Fatihah : 6). Tunjukkan kami ke jalan yang lurus. Adakah kalimat yang lebih agung dari tidak ingin selalu jauh dari Allah. Ihdina.. ihdina.. ihdina Tunjukkan.. tunjukkan.. tunjukkan kami ke jalan yang lurus, walau sudah tahu tunjukkan lagi yang lebih indah bukan dari pintu yang lebih indah. Bila yang menghalangi kami dari jalan yang lurus adalah pekerjaan maka berikan pekerjaan yang lebih indah dan lurus di mata-Mu Rabbiy.

Jika yang menjadi penghalang adalah usaha kami daripada hal – hal yang tidak Kau ridhai maka jadikanlah Rabbiy usaha kami hal – hal yang Kau ridhai dan membawa kemakmuran. Inilah doa yang menuntun agar selalu dirangkul oleh cintanya Allah.

Shiratalladzina an’amta a’laihim” (QS. Al Fatihah : 7) Jalan orang yang Kau beri kenikmatan atas mereka. Minta jalan orang yang Kau beri kenikmatan dunia dan akhirat, beri kami kenikmatan. Adakah kebutuhan lebih dari kenikmatan?

Ghairilmaghdhubi a’laihim waladhdhaalliin” (QS. Al Fatihah : 7) Bukan jalan yang mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Kenapa? Beruntunglah yang mengikuti dan memahami rahasia kemuliaan Anugerah Ilahi.

Sampailah kita pada hadits riwayat Shahih Bukhari, La tasyaddurrahalu illa ilaa tsalatsah masaajid, Almasjidil haram, wa masjidirrasul shallallahu a’laihi wasallam, walmasjidil Aqsha.” Jangan berusaha untuk mengadakan perjalanan atau memaksakan diri untuk mencapai kecuali tiga tempat yaitu Masjidil Haram, Masjidinnabiy dan Masjidil Aqsa. Makna hadits ini bukan berarti seseorang itu haram pergi ke masjid lainnya akan tetapi memberikan semangat dari Nabi saw, tidak ada tempat yang lebih baik dari dituju di muka bumi melebihi Masjidil Haram, Masjid Nabawiy dan Masjid Al Aqsa. Kalau bawa anak, tamasya, ziarah, mengadakan dalam perjalanan, boleh – boleh saja tapi tidak ada yang melebihi tiga kemuliaan tempat ini.

Di sini laisa bittahriim, tap Tasyjii’ wattarghiib, bukan haram pergi ke masjid lain, karena di dalam riwayat Shahih Bukhari Nabi saw pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu.
Menunjukkan pergi ke masjid – masjid lain juga boleh.
Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisayarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna hadits ini terlepas dari keinginan seseorang daripada ziarah kepada pekuburan shalihin (orang – orang shalih) karena yang dituju bukan masjidnya tapi pekuburannya. Demikian pula kalau seandainya berziarah ke tempat – tempat para shalihin maka hal itu adalah sunnah. Tiga tempat yang Allah jadikan perjuangan dan kemuliaan langkah – langkah Nabi Muhammad Saw.

Masjidil Haram adalah tempat lahirnya Rasulullah Saw, Masjid Nabawiy adalah makamnya Rasulullah Saw, Masjidil Aqsa adalah tempat Isra dan Mi’rajnya Rasulullah Saw.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari Rasul saw bersabda, Ma baina, baiti wamin bariy raudhatun min riyadhil jannah” Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman – taman surga. Antara rumah dan mimbarnya adalah taman surga. Bagaimana taman surga? Tempat itu menjadi salah satu dari tamannya surganya Allah Swt. Orang yang ibadah di tempat itu, insya Allah bersama Rasulullah Saw di taman surganya Allah.

Oleh sebab itu Abu Abdilah Muhammad bin Ismail bin Bardizbah Al Bukhari yaitu penyusun Shahih Bukhari, dikenal dengan nana Imam Bukhari. Satu hadits ditulis berwudhu, shalat, tulis lagi, berwudhu, shalat.

Ketika Sayyidina Umar bin Khattab radiyallahu anhu berdoa kepada Allah, Allahummarzuqnissyahaadah fi baladi Rasulik” Wahai Allah beri aku mati syahid tapi mati syahidnya di Madinah Al Munawwarah. Bukan hanya di Madinah wafatnya tapi malah dimakamkan di sebelah makamnya Rasulullah Saw. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari Rasul saw berdoa, Allahumma habbib ilaynal Madinah Kahubbina Makkah awa asyadd” Wahai Allah jadikanlah kami ini mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih dari mencintai Makkah. Beruntung orang – orang yang mencintai Madinah Al Munawwarah.

Dari salah satu sunnah Sang Nabi saw yang tidak ditinggal oleh Nabi saw di dalam melakukan safar adalah qabliyah fajr (shalat sunnah sebelum shalat fardhu fajar). Shalat Fajar itu adalah shalat subuh. Kalau sunnah fajar berarti sunnah subuh, ketahuilah bahwa tidak ada bedanya makna fajar dan subuh itu di dalam fiqh. Kalau niatnya “ushalli fardhul fajr dengan ushalli fardhussubuh” sama saja, karena fajr itu ya subuh, subuh ya fajr. Diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah radiyallahu anha di dalam Shahih Bukhari Rasul saw selalu memaksakan untuk tidak pernah meninggalkan shalat qabliyah fajr “fi hadharin wa safar” di dalam perjalanan maupun tidak dalam perjalanan, dalam keadaan sakit atau dalam keadaan sehat selalu tidak mau tinggal shalat sunnah dua rakaat sebelum shalat subuh.

Allah Swt menuntun hamba – hambaNya kepada kemuliaan maka jadikan hari – hari kita terus mendekat kepada hal – hal yang mulia. Ketika Nabiyullah Ibrahim as diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari bahwa ketika Nabiyullah Ibrahim as ini sudah siap dibakar oleh Namrud karena menghancurkan semua berhala dan menggantungkan kapak yang menghancurkan semua berhala pada berhala yang paling besar maka rakyat sudah tahu ini yang berbuat adalah Ibrahim maka bakar. “Wahai Allah kekasih-Mu itu Ibrahim mau dibakar.” Maka Allah menjawab, “Aku lebih tahu daripada mereka alam semesta”. Nabiyullah Ibrahim berdoa, “Wahai Allah Engkau Maha Tunggal di langit dan bumi, aku ini sendiri di muka bumi, tidak ada manusia menyembah-Mu selain aku di muka bumi ini, di dunia ini”. Engkau Maha Tunggal ya Rabb dan aku sendiri di bumi ini, tidak ada satu pun yang menyembah-Mu di muka bumi. Hasbiyallahu wani’mal wakiil” Cukup bagiku Engkau wahai Allah daripada hal – hal yang perlu kuminta perlindungan. Wahai api jadilah kau sejuk dan membawa kesejahteraan atas Ibrahim as. Bagaimana pasrah dirinya Nabiyullah Ibrahim kepada Allah, Khalilullah (kekasih Allah).

Diriwayatkan di dalam riwayat yang tsigah bahwa Allah menyaksikan seekor katak yang mengisi air di mulutnya dan melompat – lompat mendekat kepada Nabi Ibrahim dan meniupkan air di mulutnya ke gunung api yang membakar Nabiyullah Ibrahim. Ia kembali lagi mengambil air, menaruh air di mulutnya, melompat – lompat lagi mendekati api dan menyemburkannya. Tapi perbuatan yang sia – sia itu tidak sia – sia di mata Allah. Diriwayatkan di dalam Sunan Al Kubra oleh Al Imam Baihaqi dan riwayat Imam Nasa’i dan riwayat Imam Abi Daud dengan riwayat hasan dan riwayat yang shahih bahwa Rasul saw melarang membunuh katak.

Datang seseorang berkata, “Ya Rasulullah kami ingin menjadikan obat dari hewan katak boleh tidak?” Dilarang oleh Nabi saw. Subhanallah! Karena cintanya katak kepada Khalilullah (Nabiyullah Ibrahim as).

Kalau seekor katak mendapatkan penghargaan diharamkan untuk dibunuh seluruh bangsanya hingga akhir zaman hanya karena mengumpulkan air di mulutnya untuk memadamkan api Nabi Ibrahim. Renungilah di dalam jiwa masing – masing, renungilah segalanya betapa Allah menghargai orang – orang yang mau peduli atas hamba – hamba yang dicintai Allah.

Kita berdoa kepada Allah Swt. Semoga diberi kesuksesan oleh Allah Swt. Amin allahumma amin.

Semoga dilimpahi keberkahan oleh Allah. Barangkali di antara kami yang hadir Rabbiy di dalam permasalahan rumah tangganya, permasalahan dalam pekerjaannya, permasalahan dalam sekolahnya, permasalahan dalam pekerjaannya.

Ya Rahman Ya Rahim “Ihdinaashshirathalmustaqiim Shiratalladzina an’amta a’laihim” tunjukkan kami ke jalan yang lurus, tunjukkan kami ke jalan yang indah. Wahai Yang Maha Menerbitkan matahari dan membenamkannya, wahai Yang Menciptakan seluruh sel dan debu menghamparkan ke permukaan bumi, wahai Yang Mamahami segala kehidupan dan segala kematian, wahai Yang Menguasai kehidupan dunia, kehidupan barzah dan kehidupan di yaumal qiyamah, kami pasrah kepada-Mu Rabbiy Sang Pemilik kehidupan. Kami titipkan diri kami pada gerbang Rahmat-Mu ya Allah, pada gerbang Kasih Sayang-Mu Rabbiy.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah.

Semoga Allah menyingkirkan segala fitnah dari segala musibah dan bala yang datang. Amin Allahumma Amin.

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.

Menguatkan Kesabaran

Peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian Muhammad saw mengandung banyak hikmah. Ini karena peristiwa tersebut merupakan hiburan Allah SWT kepada Rasul-Nya yang tengah mengalami kesedihan luar biasa.

Belum lagi hilang kesedihan, Rasul dan para pengikutnya diboikot dan diisolir hingga mengalami penderitaan yang luar biasa. Mereka seakan memahami benar akan janji Allah dalam Alquran, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (QS 3:200).

Atas penderitaan luar biasa tersebut, Rasulullah saw kemudian dihibur oleh Allah SWT dengan melakukan perjalanan yang hingga kini jadi salah satu mukjizat kerasulan Muhammad saw, Isra’ dan Mi’raj. Bukan tak mungkin krisis akan merembet ke berbagai persoalan, termasuk ancaman disintegrasi bangsa.

Ini penting karena cita-cita suci reformasi harus tetap dijaga agar berjalan lancar secara alamiah, sehingga reformasi bisa mengantarkan kepada masyarakat madani yang diidamkan.

Karena posisi kunci, maka kesabaran menjadi amat penting untuk senantiasa dibina. Oleh karena itu Alquran dalam surat Ali Imran ayat 200 tersebut telah menasihatkan, ketika masalah itu datangnya bertubi-tubi, maka di situlah wajib bagi setiap orang untuk washoobiruu (menguatkan kesabaran).

Jadi, meski bagaimanapun kalutnya situasi, siapa pun tak dibenarkan bertindak di luar hukum, apalagi dengan dalih “kesabaran ada batasnya dan sekarang sudah habis”. Hal ini tak boleh diabaikan, dan untuk itulah setiap orang hendaknya senantiasa waraabituu (bersiap siaga).

Kata ulama, jika seseorang ingin sukses dunia maka dia harus sabar, dan jika seseorang ingin sukses akhirat maka dia harus sabar, dan jika seseorang ingin sukses dunia dan akhirat maka dia harus sabar. Wallahu A’lam

JANJI

Berjanji atau membuat perjanjian bukanlah pekerjaan sulit, bahkan terlalu mudah untuk dilakukan. Yang sulit justru memenuhi perjanjian itu sendiri sebagaimana mustinya. Barangkali itu sebabnya, Nabi Muhammad saw sering mengingatkan kita agar tidak mudah membikin janji bila kita tak sanggup menepatinya.

Dalam Alquran, Allah swt menyuruh kaum beriman agar memenuhi dan menepati segala bentuk perjanjian itu. Firman Allah, ”Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad (perjanjian) itu.” (Al-Maidah: 1). Menurut pakar tafsir Rasyid Ridha, yang dimaksud perjanjian (aqad) dalam ayat di atas adalah perjanjian dalam arti luas, mencakup semua perjanjian baik janji manusia dengan Tuhan maupun janji manusia dengan sesama manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. (Tafsir al-Manar, 6/119).

Janji kepada Tuhan, tak lain adalah janji dan komitmen kepada-Nya. Dengan kata lain, janji tersebut adalah iman. Sebagai salah satu ikatan janji, iman perlu dan harus ditepati. Tuhan menegur orang-orang yang ingkar janji kepada-Nya, ”Bukankah kamu telah berjanji kepada-KU untuk tidak menyembah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Yasin: 60).

Sedangkan janji kepada sesama manusia mencakup aspek yang sangat luas. Dalam pemikiran klasik, janji ini mencakup empat hal, yaitu ikatan janji pernikahan, transaksi jual beli dan perdagangan, perjanjian perang dan damai, serta sumpah janji. Dalam pemikiran kontemporer, perjanjian dimaksud lebih luas lagi, menyangkut semua bentuk kesepakatan dan transaksi yang dilakukan manusia untuk memenuhi segala macam kebutuhan dan hajat hidupnya.

Semua bentuk perjanjian di atas, baik dalam lingkup yang kecil, apalagi dalam skala yang besar dan luas, harus dihormati dan dijunjung tinggi. Di sini, agama Islam, tulis Rasyid Ridha, menganut suatu asas atau prinsip ‘tepat janji dan setia menepati janji’. Dengan mengacu pada prinsip ini, tak seorang pun dibenarkan ingkar janji atau merusak perjanjian setelah janji itu tetap dan teguh.

Agama Islam, seperti terlihat di atas, sangat menghormati perjanjian. Dalam perspektif ini, tepat janji merupakan sikap dan sekaligus tindakan yang amat terpuji dan merupakan bagian tak terpisahkan dari iman dan takwa. Sebaliknya, ingkar janji merupakan tindakan terkutuk dan merupakan perwujudan dari bentuk kemunafikan yang sangat dicela oleh Islam.

Untuk itu, setiap Muslim musti tepat janji dan menepati semua janjinya, sebab janji itu akan ditanya dan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, (Al-Isra: 34). Untuk dapat tepat janji, menurut ulama Mesir kontemporer Muhammad Ghazali, seorang Muslim harus memperhatikan dua hal. Pertama, ia harus selalu ingat dan tak boleh lupa, meski sesaat, terhadap semua janjinya.

Kedua, ia harus memiliki tekad yang kuat untuk dapat memenuhi semua janjinya itu. Sebagai bagian dari akhlak Islam, ajaran tepat janji perlu dibudayakan. Sebab, kualitas kita, baik sebagai pribadi maupun umat, ikut ditentukan oleh aktualisasi dari ajaran tepat janji ini. Wallahu A`lam.

Diharamkan dari Neraka

قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ (صحيح البخاري


Sabda Rasulullah saw:
“Barangsiapa yg berdebu kedua kakinya di jalan Allah, maka Allah haramkan ia dari neraka” (Shahih Bukhari).

Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Maha Raja yang Tunggal dan Abadi, Allah Jalla Wa Alaa, (Jalla wa alaa = Maha Berwibawa dan Maha Luhur). Dialah (Allah) yang terlepas dari keterikatan oleh waktu dan zaman, justru Dialah (Allah) yang mengikat dan mengatur waktu dan zaman. Justru setiap makhluk yang hidup disadari atau tidak disadari terikat kepada Allah Jalla Wa Alaa.

Maha Suci Allah Yang Maha Menguatkan jiwa hamba – hambaNya dengan datangnya guncangan fitnah dan kerusakan aqidah. Telah mengalir fitnah dari zaman ke zaman kepada para Nabi dan kepada para shalihin dan para Nabi dan shalihin tetap mulia dan diabadikan oleh Allah dan para pembawa fitnah tenggelam di dalam kehinaan yang abadi jika mereka tidak bertaubat. Jazakumullah Khair, Khairul Jaza’ doa dan munajat untuk para da’i Allah dan para shalihin sepanjang waktu dan zaman.

Demikian Allah Swt menuntun umat muslimin – muslimat untuk selalu berada di jalan keluhuran dan menjadikan para ulama sebagai Wurraatsunnabi para pewaris Nabi Muhammad Saw, sebagaimana hadits riwayat Shahih Bukhari Ulama waratsatul anbiya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dengan Memuji-Nya, semakin besar seorang hamba ingin memuji dan memuji Allah, semakin Allah buat keadaannya terpuji. Namun ketika seorang hamba lupa dari hal – hal yang indah di sisi Allah maka dirisaukan kehidupannya jauh dari hal – hal yang terpuji.

Memuji Allah adalah hal yang lazim dan hal yang pasti ada bagi mereka yang mendalami Keagungan Ilahi. Allah menjadikan hal – hal yang hina ada di permukaan bumi untuk membedakan mana yang hina dan mana yang terpuji.

Oleh sebab itu Allah Swt mengenalkan kalimat “Hamdalah ba’da Basmalah”. (mengucap Alhamdulillah setelah mengucap Bismillah) Bismillahirrahmanirrahimdulu. Arrahman Arrahim” “Maha Melimpahkan seluruh Kasih Sayang dan Rahmat pada segenap hamba-Nya di dunia dan di akhirat”. Setelah itu sampai ke dalam benak pemikiran kita.

Jawaban bagi kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” adalah “Alhamdulillahirabbil ‘alamin”. Jawaban bagi mereka yang merenungkan itu pastilah memuji Allah Rabbul Alamin.

Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa ketika seorang hamba setelah ruku’ melakukan i’tidal ia mengucap Sami’Allahu liman hamidah Allah Maha Mendengar siapapun yang memuji-Nya. Atau dengan segala ketaatan yang ia jadikan sebagai bentuk pujiannya kepada Allah. Karena aku ingin memuji-Mu dan mengagungkan-Mu Rabbiy, maka aku meninggalkan dosa – dosa.

Lalu ucapan setelahnya Rabbana lakal hamdu” Wahai Tuhan kami untuk-Mu segala pujian.
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari Rasul saw bersabda,Man waafaqa qaulahu wa qaulalmalaikat, ghufira lahu maa taqaddama min dzanbih” Kalau seandainya ucapan “Rabbana lakal hamdu” itu bersamaan dengan ucapan para malaikat yang juga mengucapkan “Rabbana wa lakal hamdu” maka Allah ampuni dosanya yang telah lalu.
Kita bertanya, mana kita tahu? Jadi malaikat itu diijinkan oleh Allah Swt dengan masing – masing tugas. Ketika seseorang mengucapkan “SamiAllahu liman hamidah” dengan hatinya pun ia mengucapkan, Allah Maha Mendengar siapapun yang memuji-Nya maka malaikat memuji Allah saat itu.

Lalu ia mengucap “Rabbana lakal hamdu”, jika ia mengucapkan dengan hati dan sanubarinya itu dan bersamaan dengan ucapan para malaikat yang juga memuji-Nya Faghufira lahu maa taqaddama min dzanbih” (QS. Al Fath : 2) Diampuni dosanya yang telah lalu. Padahal itu pengampunan Allah menunggu setiap kali I’tidal sebelum kita sujud, pengampunan Allah sudah lebih dahulu datang. Demikian agungnya shalat.

Sebelum dahi sampai ke bumi merendahkan diri serendah – rendahnya kepada Allah, sudah tidak punya dosa lagi kita. Dalam segala hal Allah menyediakan kemuliaan.

Ini hadits yang kita baca tadi, riwayat Shahih BukhariMan ighbarrat qadamaahu fii sabiilillahi, harramahullahu ‘alannaar” Barangsiapa yang kakinya berdebu (sampai berdebu) karena berjalan pada hal – hal yang diridhai Allah (di jalan Allah) maka Allah haramkan kakinya itu masuk neraka. Al Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan bahwa hadits ini bukan hanya untuk yang berperang di jalan Allah saja tapi juga untuk yang melangkah menuju shalat jum’at.
Juga dalam segala hal – hal yang diridhai Allah menuju hal – hal yang bersifat ibadah kepada Allah sampai berdebu kakinya maka kedua kakinya Allah haramkan masuk neraka. Tentu yang dimaksud bukanlah berjalan langkah – langkahnya tapi adalah usahanya untuk mencapai tempat yang diridhai Allah. Amin.

Demikian dahsyatnya Rahmat Ilahi, cuma sayangnya setelah sebagian dari mereka kakinya diharamkan oleh Allah dari api neraka, mereka kembali melangkah pada hal – hal yang dimurkai oleh Allah. Beruntunglah mereka yang selalu menuju tempat yang mulia dan mengikuti sunnah Sang Nabi saw. Hal – hal seperti ini menuju di jalan Allah dan tentunya bukan hanya itu tetapi bekerja, mencari nafkah, sekolah untuk mencari keridhaan orangtua, untuk mencari rezki, untuk mencari rezki yang halal atau berkhidmah kepada Islam, berkhidmah pada dakwah. Saya kuliah, kuliah itu saya tidak pernah lihat di hadits, tapi kuliah niatnya ibadah misalnya dalam hatinya begitu.

Demikian pula bekerja, demikian pula berumah tangga, demikian pula dengan usaha. Getaran hati merubah satu hal yang hina menjadi mulia atau sebaliknya. Niatnya ibadah kepada Allah, maka ia mendapatkan kemuliaan ini.

Dalam hal ini banyak juga ditanyakan kepada saya membahas masalah pakaian di masjid. Mereka yang bekerja di internet atau yang di sekolah mempertanyakan masalah ini. Karena yang menurunkannya di bawah mata kaki itu Allah murka padanya. Jadi setiap kali kerja, setiap kali sholat, setiap kali apapun pakaiannya harus di atas mata kaki. Allah tidak mau melihat (murka) wajah orang – orang yang memanjangkan celananya atau sarungnya di bawah mata kaki.

Kalau sudah tidak dilihat oleh Allah, bagaimana mau masuk surga? Siapa mereka? Maka Imam Ibn Hajar di dalam Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan hadits ini menjadi dalil bahwa memanjangkan celana atau sarung dibawah mata kaki tidak diharamkan oleh Allah dan tidak pula makruh.

Ini masalah hatinya. Kalau orang miskin, fuqara, buruh, orang – orang menengah ke bawah pasti sarung atau celananya di atas mata kaki. Karena selalu berjalan kaki. Sebaliknya orang kaya memanjangkan celananya atau sarungnya di bawah mata kaki sebagai tanda bahwa ia hampir tidak pernah berjalan di tanah, selalu di atas permadani, selalu di atas kuda oleh sebab itu dipanjangkan celananya atau sarungnya sebagai tanda nih..aku orang kaya, kira – kira begitu.

Jadi yang diharamkan adalah memunculkan hal – hal yang menyombongkan kekayaannya atau menyombongkan hartanya atau menyombongkan dirinya bahwa ia bukan fuqara tapi ia orang kaya, ini yang diharamkan. Buktinya Sayyidina Abu Bakar Ashshiddiq memanjangkan pakaiannya, celananya atau sarungnya di bawah mata kaki dan Rasul bersabda, “Kau bukan dari golongan mereka yang tidak dilihat oleh Allah atau golongan yang dimurkai Allah”. Kalau sarungnya dinaikkan sampai tengah – tengah di bawah lutut juga kalau hatinya sombong, tetap saja Allah murka padanya. Ini sering ditanyakan di internet, di email, sms, surat, selalu ditanya.

Semoga Allah Swt menuntun kita dengan keadaan makmurnya para ulama dan shalihin. Demikian riwayat Shahih Bukhari, sebagaimana sabda Rasul saw, “Allah mengangkat ilmu itu bukan mencabutnya dari hati seseorang tapi dengan mewafatkan para ulama, kalau sudah tidak tersisa lagi ulama atau sedikit (misalnya) di suatu wilayah maka orang – orang mengambil orang bodoh untuk dijadikan pemberi fatwa dan dianggap ulama adalah orang yang tidak berilmu, ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu maka ia sesat dan menyesatkan”. Hadits ini dimaksudkan bagi kita untuk membangkitkan kembali generasi ulama, menghidupkan lagi generasi ulama.

Oleh sebab itu, alhamdulillah berkat doanya Habib Sofyan Basyaiban, Habib Musthofa AlAthas, para habaib kita semoga pemuda semakin makmur mencintai sunnah Nabi Muhammad Saw.

Para shalihin mempunyai manzilah yang agung di sisi Allah. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari di dalam hadits qudsiy Allah Swt berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi wali – wali Ku, Aku mengumumkan perang kepadanya, dan tiadalah seorang hamba-Ku mendekat kepada Ku dari hal – hal yang sudah kuwajibkan, dan tiadalah hamba – hambaKu berhenti dengan mengamalkan amal yang wajib saja tapi ia terus mendekat kepada-Ku pada hal – hal yang sunnah sampai Aku mencintainya, jika aku mencintainya maka Aku menjadi penglihatannya (yang ia gunakan untuk mendengar), Aku menjadi pendengarannya (yang ia gunakan untuk melihat), Aku menjadi tangannya (yang ia gunakan untuk berlindung) dan kakinya (yang ia gunakan untuk berjalan), jika ia minta pada-Ku, Ku-beri permintaannya, jika ia minta perlindungan pada-Ku, Aku akan melindunginya”. Maksudnya panca indera mereka dijaga oleh Allah dari hal – hal yang dimurkai Nya.

Oleh sebab itu dijelaskan di dalam Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Umar bin Khattab itu ditakuti oleh syaitan. Imam Nawawi menjelaskan di dalam Syarh Nawawi bisyarah Shahih Muslim bahwa ini bukan hanya untuk Sayyidina Umar tapi banyak para sahabat dan shalihin yang terjaga dari gangguan dan bahkan dijauhi oleh syaitan.

Berlandaskan firman Allah, “Sungguh hamba – hambaKu, kau (wahai syaitan) tidak akan mampu untuk menundukkan mereka” (QS Al Hijr 42).

Demikian Allah Swt memuliakan mereka sehingga Rasul saw menjelaskan dan mengajarkan kepada kita untuk bersalam kepada hamba yang shalih setiap kali shalat, setiap kali tahiyat membaca Assalamu’alaina wa’ala ibadillahisshalihin”. Allah sampaikan salam dari umat ini kepada semua hamba – hamba yang shalih di langit dan bumi baik yang hidup maupun yang wafat. Salamnya sampai kepada semua hamba yang shalih.

Ketahuannya di akhir zaman bahwa orang – orang yang shalih, jangan kita merasa tidak mengenal dengan mereka. Di yaumal qiyamah kita dikenal oleh orang – orang shalih karena selalu bersalam kepadanya. Itu menjalin silaturahmi dengan seluruh hamba – hamba yang shalih. Sampai dalam shalat pun kita mengucapkan salam kepada mereka “disampaikan kepada seluruh hamba – hamba yang shalih di langit dan bumi”. Dalam shalat salam dulu kepada Nabi saw, salam dulu kepada shalihin kemudian baru mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat).

Darimana orang tahu Islam? Bukannya Rasul Allah lebih dimuliakan daripada Allah. Bukan berarti Nabi dan shalihin lebih mulia dari Allah, bukan itu tentunya. Lalu sampailah pada keagungan Asyhadu anlailaahaillallahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu”.
Tambah lagi shalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Berhati – hatilah bagi hamba – hamba Allah, kalau masih punya masalah dengan hamba – hamba yang shalih segera mundur. Hati – hati kepada para shalihin dan aulia (orang orang yang dicintai Allah).

Semoga Allah menjadikan jiwa kita selalu mencintai mereka, semoga Allah menjaga kita dari hal – hal yang menyakitkan hati mereka dan Rabbiy kami pun berdoa agar sampaikan shalawat dan salam kami kepada Nabi Muhammad Saw. Singkirkan segala musibah kami Ya Rahman Ya Rahim dan kami berdoa agar Kau datangkan hujan yang membawa Rahmat bukan hujan yang membawa musibah. Rabbiy pecah – belahkan musuh – musuh Islam yang menyebar fitnah demi menghancurkan muslimin, demi menghancurkan ahlussunnah waljamaah, (mereka itu yg berbuat) demi menghancurkan para muhibburrasul (pecinta Rasul saw). Celakakanlah keadaan orang – orang yang jika mereka celaka maka akan terbenahi kaum muslimin Ya Dzaljalali wal ikram.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya Allah..Ya Allah..

Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram. Jangan bosan – bosannya menggetarkan bibirmu menyebut Nama Allah Swt, tetapkan jiwa dan ruhmu untuk selalu bermunajat kepada Allah Swt karena semakin kita merindukan dan mengingat Allah Swt semakin berjatuhan keinginan – keinginan buruk didalam jiwa kita dan semakin jauh dari kita segala musibah dan cobaan. Sama – sama berdoa mendoakan muslimin dan semoga Allah memberikan kemuliaan kepada kita. Menjaga kemuliaan Islam dan mencintai Nabi Muhammad Saw.

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam

Jihad

Imam Bukhari dan Muslim merawikan bahwa Abu Darr berkata, ”Ya, Rasulullah, perbuatan apa yang paling utama?” Nabi Muhammad SAW menjawab, ”Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan Allah.” Dalam beberapa hadis lainnya, kecuali berjihad, Rasulullah menjelaskan bahwa mendirikan salat pada waktunya, berbuat baik kepada orangtua, dan menunaikan rukun Islam kelima sehingga kita menjadi haji mabrur, juga termasuk perbuatan utama.

Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin mengutip Abu Said al-Khudri bertutur, ”Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah, dan berkata, ‘Manusia seperti apa yang paling utama?’ Nabi menjawab, ‘Seorang mukmin yang berjihad dengan diri dan hartanya di jalan Allah.’ Ia berkata, ‘Lalu siapa?’ Beliau menjawab, ‘Kemudian seorang mukmin muda yang beribadah kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya.”’ Hadis ini juga dirawikan oleh Bukhari dan Muslim.

Berjihad merupakan kewajiban Allah kepada makhluk-Nya, khususnya bagi kaum muslimin. Berjihad berarti beribadah kepada Allah. Dalam Islam, kita dinyatakan telah berjihad bila kita berusaha untuk mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya, baik untuk diri sendiri maupun demi kepentingan masyarakat. Karena itu, berjihad harus dilaksanakan tidak hanya terbatas pada pertempuran, peperangan, dan ekspedisi. Setiap hari, kita harus berjihad, baik dalam keadaan aman maupun kacau-balau. Bagi kita, berjihad tidak mengenal waktu, dan ini menjadi ciri-ciri seorang mukmin dan muslim.

Dalam Alquran, ditemukan perintah berjihad sekitar 39 ayat. Misalnya dalam Q.S. 16: 110, 24:53, 25:52, atau 35:43. Nabi Muhammad dalam sirah perjuangannya telah mencontohkan jihad semacam ini sejak diangkat menjadi rasul selama di Mekah dan Madinah. Dan, dalam beberapa ayat, kata jihad selalu bergandengan dengan kata fi sabilillah. Kata ini dimaksudkan agar kita selalu berniat untuk Allah dan berharap ridha-Nya dalam berjihad.

Beberapa ulama menyimpulkan bahwa berjihad disebabkan karena hendak mempertahankan diri, kehormatan, harta, negara dari serangan musuh, hendak memberantas kezaliman, menghilangkan fitnah yang ditimpa umat Islam, membantu orang-orang mustad’afin, dan berusaha mewujudkan keadilan dan kebenaran. Dengan kata lain, kita berjihad, karena kita ingin menegakkan dan melaksanakan syariah Islam sehingga tercipta suasana damai dan tenteram.

Untuk itu, tidak dibenarkan menyerang musuh-musuh Islam, bila keadaan damai dan tenteram telah dicapai. ”Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada suatu kaum, yang antara lain kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya….” (4:90). Walau demikian, tetap berjihad agar Allah meridhai apa yang kita lakukan. Amin..

Miskin dan Kaya

Miskin dan Kaya WORDPRESS.COM/ILUSTRASI

Masalah si miskin dan si kaya pernah menjadi perdebatan sengit di kalangan para sufi. Si miskin yang sabar atau si kaya yang pandai bersyukur dan murah hati? Ibn Taimiyah, pembaharu pramodern yang sangat kritis terhadap tasawuf, mengemukakan pemikiran baru dalam masalah ini. Dalam buku bertajuk Al-Shufiyah wal-Fuqara, Ibn Taimiyah memberikan keutamaan bukan kepada si kaya atau si miskin, melainkan kepada orang yang lebih bertakwa di antara keduanya. (Kitab Al-Shufiyah wal-Fuqara’, Hlh. 25-26).

Menurut Ibn Taimiyah, bila kebaikan si miskin lebih banyak, maka ia lebih utama. Jika kebaikan mereka sama, maka kemuliaan mereka sederajat dan setingkat. Langkah si kaya tertahan sejenak di depan pintu sorga lantaran harus menyelesaikan perhitungan (hisab) mengenai harta dan kekayaan yang dimiliki.

Miskin dan kaya, seperti dikemukakan Ibn Taimiyah di atas, tidak menjadi dasar keutamaan seorang. Di sini, miskin dan kaya hanya dapat diidentifikasi sebagai alat uji semata. Pengaruh ini, tentu sangat bergantung kepada kesiapan mental penerima ujian (HR Baihaqi). Sebaliknya, banyak pula manusia yang tidak siap dengan kekayaan, sehingga kekayaan membuat dirinya menjadi pelit dan sombong.

Sebagai alat uji, kefakiran dan kekayaan itu tidak kekal, tapi bersifat dinamis, artinya berubah dan berputar. Maksud kaya di sini, menurut sebagian besar ahli tafsir, adalah kaya harta.

Namun, menurut Abdullah Yusuf Ali, kaya di situ lebih menunjuk pada kekayaan rohani dan spiritual. Wallahu a’lam

Miskin dan Kaya

Miskin dan Kaya WORDPRESS.COM/ILUSTRASI

Masalah si miskin dan si kaya pernah menjadi perdebatan sengit di kalangan para sufi. Si miskin yang sabar atau si kaya yang pandai bersyukur dan murah hati? Ibn Taimiyah, pembaharu pramodern yang sangat kritis terhadap tasawuf, mengemukakan pemikiran baru dalam masalah ini. Dalam buku bertajuk Al-Shufiyah wal-Fuqara, Ibn Taimiyah memberikan keutamaan bukan kepada si kaya atau si miskin, melainkan kepada orang yang lebih bertakwa di antara keduanya. (Kitab Al-Shufiyah wal-Fuqara’, Hlh. 25-26).

Menurut Ibn Taimiyah, bila kebaikan si miskin lebih banyak, maka ia lebih utama. Jika kebaikan mereka sama, maka kemuliaan mereka sederajat dan setingkat. Langkah si kaya tertahan sejenak di depan pintu sorga lantaran harus menyelesaikan perhitungan (hisab) mengenai harta dan kekayaan yang dimiliki.

Miskin dan kaya, seperti dikemukakan Ibn Taimiyah di atas, tidak menjadi dasar keutamaan seorang. Di sini, miskin dan kaya hanya dapat diidentifikasi sebagai alat uji semata. Pengaruh ini, tentu sangat bergantung kepada kesiapan mental penerima ujian (HR Baihaqi). Sebaliknya, banyak pula manusia yang tidak siap dengan kekayaan, sehingga kekayaan membuat dirinya menjadi pelit dan sombong.

Sebagai alat uji, kefakiran dan kekayaan itu tidak kekal, tapi bersifat dinamis, artinya berubah dan berputar. Maksud kaya di sini, menurut sebagian besar ahli tafsir, adalah kaya harta.

Namun, menurut Abdullah Yusuf Ali, kaya di situ lebih menunjuk pada kekayaan rohani dan spiritual. Wallahu a’lam