CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Senin, 21 Februari 2011

Zat Gizi : Mencerdaskan Anak


Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, status kesehatan dan pendapatan berkapital. Salah satu determinan utama status kesehatan penduduk adalah status gizi yang tergantung pada makanan yang dikomsumsi. Semakin baik kualitas makanan yang dikomsumsi maka semakin baik pula tingkat kesehatan manusia. Namun pada kenyataannya masih banyak ditemui kehidupan masyarakat yang di bawah garis kemiskinan, sehingga mereka tidak mampu memberikan makanan yang cukup mengandung gizi kepada anank-anaknya (cikal bakal penerus bangsa).
Menurut hasil penilitian hidayat (2003:2), ada hubungan signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar anak. Ada hubungan status gizi anak dengan prestasi belajarnya merupakan suatu indikator betapa pentingnya asupan zat gizi terutama protein di dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak. Fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bila mana tubuh kekurangan zat protein untuk menghasilkan energy maka berpengaruh terhadap kecerdasan anak. Pemecahan protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energy dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot (Almatsir,2001).  Betapa pentingnya memberikan makanan kepada buah hati kita.
Sehingga terdapat lima karakteristik yang harus diperhatikan pada saat memilih makanan untuk anak-anak sejak dini yaitu :
a.     Adekuat   : makanan tersebut memberikan zat gizi, fiber dan energy dalam jumlah cukup.
b.    Seimbang : makanan yang dipilih harus tidak berlebihan dalam suatu zat gizi dan kurang dalam zat gizi lainnya.
c.     Kontrol kalori : makanan tersebut tidak memberi  kalori yang berlebihan atau kurang, untuk mempertahankan berat badan ideal.
d.    Moderat (tidak berlebihan) : makanan tidak berlebihan dalam hal lemak, garam, dan lainnya.
e.     Bervariasi : makanan yang dipilih berbeda dari hari-kehari (Supariasa,2002).
                                                                                                                     
Referensi :
Hidayat. Sugeng. 2003. Hubungan status gizi dan kondisi belajar dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar. Artikel internet. http://www.google.co.id. Diakses tanggal 22 september 2010.
Almatsir. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Supariasa. I Dewa. Nyoman. Dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


ANTROPOLOGI KEWIRASWASTAAN DAN BISNIS



Dalam memahami budaya tidaklah seperti yang dipahami oleh kebanyakan orang pada umumnya yaitu, hanya sekadar mengenai adat istiadat, seni, etika dan lain sebagainya tetapi, sebagai suatu kehidupan atau menyangkut perilaku manusia yang didalamnya terdapat segala misteri kehidupan.

Secara harfiyah antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaannya(http://bankganteng.blogspot.com/2010/06/konsep-dasar-antropologi.html). Antropologi menganggap bahwa kehidupan manusia takkan pernah habis untuk di kaji. Meneropong realitas kehidupan manusia atau budaya secara holistic atau komprehensif (keseluruhan) yang berwujud dalam tiga sistem di dalamnya yakni sistem nilai (kognisi/ budaya/pola pikir manusia), sistem perilaku (sistem sosial) dan kebudayaan material (artefak). Yang semuanya tercermin dalam 7 unsur budaya yakni sistem religi, sistem organisasi sosial, sistem mata pencaharian, perlengkapan hidup, sistem pengetahuan, sistem kekerabatan, dan kesenian.  http://stevensumolang.wordpress.com/2010/03/20/pentingnya-kajian-budaya-antropologi-dalam- pembangunan-dan-dunia-bisnis/.

Dalam melihat perilaku manusia di dalamnya terdapat berbagai konteks dan setting yang berbeda-beda, tak terkecuali dalam organisas bisnis. Keterkaitan antropologi dengan dunia bisnis yang menjadi perbincangan dalam pembahasan bisnis sekarang ini yakni, menyangkut dalam soal budaya perusahaan.
Menurut Skinner (1992), bisnis adalah pertukaran barang dan jasa atau uang yang saling menguntungkan dan memberi manfaat. Bisnis mempunyai arti dasar sebagai The Buying And Seling Off Goodsand Services. Bisnis tak akan terlepas dari aktivitas produksi, pembelian dan penjualan maupun pertukaran barang dan jasa untuk mendapatkan hasil laba bagi pelaku bisnis sehingga meningkatkan standar hidup melalui institusi pendidikan, keagamaan, perkumpulan sosial dan ekonomi (perusahaan) amatlah penting (http://bankganteng.blogspot.com/pengertian-bisnis/).
Perbincangan soal budaya perusahaan telah menjadi perbincangan yang sangat menarik dan paling penting dalam era sekarang ini, tidak hanya sekedar mendalami tetapi lebih dalam rangka mengadakan perubahan yang berkesinambungan, menjadikan keunggulan bersaing dan kemampuan bertahan dalam era yang senantiasa berubah-ubah ini.
Faktor penting dalam menilai keberhasilan sebuah perusahaan adalah keberhasilan kita dalam mengelola budaya perusahaan tersebut baik dari segi budaya pemimpin, staf, karyawan, kelengkapan perusahaan, konsumen dan semua yang terkait dengan perusahaan. Antropologi memandang proses bisnis sebagai sebuah perubahan budaya secara terencana untuk kepentingan bisnis atau sebuah perusahaan. Makna budaya disini tidaklah sekadar dipahami sebagai tradisi atau kebiasaan perusahaan tetapi menyangkut keseluruhan kelengkapan dan sistem organisasi yang bersifat holistic/komprehensif. Budaya menjadi cerminan perusahaan karena di dalamnya terdapat komonitas yang memiliki prilaku. Ketika budaya perusahaan mengalami perubahan maka perusahaan pun akan mengalami perubahan, terlepas dari keberhasilan atau kemundurannya. Terbentuknya budaya dalam sebuah organisasi terlihat dari persoalan-persoalan adaptasi dan survival yang bersifat eksternal, dan integrasi organisasi yang bersifat internal. Terdapat 3 wujud atau dimensi budaya dalam organisasi yaitu, artefak (benda-benda yang di hasilkan dari orang-orang di dalam perusahaan), sistem perilaku (menyangkut hubungan antar karyawan, karyawan dengan atasan, sesama atasan, dengan lingkungan dan sebaiknya), sistem nilai (menyangkut norma, aturan baik tertulis maupun tak tertulis, kepercayaan-kerpercayaan, nilai sejarah perusahaan, etos kerja, misi, tujuan, strategi, “roh” atau spirit perusahaan, sistem inilah yang disebut dengan inti budaya). http://stevensumolang.wordpress.com/2010/03/20/pentingnya-kajian-budaya-antropologi-dalam- pembangunan-dan-dunia-bisnis/.
 
Peran antropologi dalam perusahaan adalah bisa sebagai :
1.   Penasihat atau konsultan dalam :
-     Penasihat atau konsultan budaya perusahaan
-     Pelatih budaya perusahaan dan pelatih menjadi manajer global
-    Penasihat atau konsultan pada personil perusahaan untuk betindak global ketika berada di luar budayanya atau budaya perusahaan lain (menjadi manajer lintas budaya)
-   Penasihat atau konsultan perusahaan untuk memberikan masukan budaya perusahaan lain, perusaahaan saingan lingklungan, pemerintah, Negara lain dan mengambil strategi-strategis persaiangan atau strategi global seperti manajemen lintas budaya.
-    Penasihat dalam pemasaran karena lebih mengetahui budaya atau perilaku konsumen dan perilaku lingkungan global.
2.      Perencana atau pembuat desain perusahaan dalam segala aspek budayanya
3.   Manajer atau pelaksana perusahaan untuk tampil global dan berubah menjadi berhasil dan berkesinambungan dalam menghadapi perubahan setiap saat.
4.   Manajer atau pelaksana pemasaran lintas budaya atau pemasaran global, yang mengerti benar perilaku konsumen dalam rangka memasarkan dan menghasilkan produk yang tepat dan disukai konsumen. (Buletin KURE 2010, Terbitan BPSNT Manado Wil. Sulutenggo dalam http://stevensumolang.wordpress.com/2010/03/20/pentingnya-kajian-budaya-antropologi-dalam-pembangunan-dan-dunia-bisnis/).


Para ahli sering berkelakar bahwa etika dalam berbisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah karena ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang beroriantasi pada pencarian keuntungan. Ketika ada masalah konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan dari pada etika. Seperti pada salah perusahaan obat di Amerika bernama Merck yang menginvestasikan uangnya untuk riset, membuat dan mendistribusikan obat yang tidak menghasilkan uang untuk mereka karena membagikannya ke masyarakat secara gratis. Menurut Vegalos pilihan etisnya mengembangkannya dan penduduk dunia ketiga akan mengingat bahwa Merck membantu mereka dan aka mengingatnya di masa akan datang. Inilah bukti yang terdapat dalam dalam buku Business Ethics yang mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis jangka panjang terbaik bagi perusahaan, sebuah pandangan yang semakin di terima dalam beberapa tahun belakangan ini. www.pdf-search/pdf/antropologi bisnis/ etika-dan-bisnis./
Dalam memberikan pendidikan terhadap antropologi dan bisnis maka terdapat mata kuliah Antropologi Bisnis di jurusan ilmu antropologi. Kuliah ini bertujuan memberikan pengetahuan untuk memahami lebih baik bagaimana perilaku manusia di dalam berbagai konteks dan setting berbeda-beda yang ada baik di dalam organisasi bisnis yang kompleks maupun kurang kompleks. Diajarkan berbagai pendekatan teoritis yang berbeda-beda dalam disiplin antropologi, seperti cultural ecology, materialisme, fungsionalisme, postmodernisme, di dalam upaya kita untuk memahami bagaimana kebudayaan dikonstruksikan dalam satu kehidupan sosial tertentu, sekaligus memahami bagaimana peranan, dampak dan konsekuensinya bagi para pelaku yang ada di dalam kehidupan sosial itu.

Selain untuk mengetahui bagaimana melakukan penelitian etnografi dalam rangka memperoleh informasi dari para pelaku dalam organisasi yang menjadi kajian penelitian. Melalui penelitian etnografi, kita akan bisa memahami bagaimana satu kebudayaan bersinggungan dengan kepentingan para pelaku yang berada di dalamnya, sekaligus mengerti bagaimana para pelaku itu menegosiasikan kepentingan dan identitas diri mereka yang bisa mempengaruhi perilaku marketing atau belanja mereka ataupun cara mereka menjalankan bisnis organisasinya. Persyaratan untuk memprogram mata kuliah ini adalah mahasiswa sudah melulusi mata kuliah Pengantar Antropologi, Teori antropologi dan Teori Antropologi II.  http://www.fisip.ui.ac.id/mobile/index_files/sarjana/antropologi.pdf.
 









Kesalahfahaman Bahasa (Research Important)


          Dalam upaya untuk menemukan realitas budaya dalam suatu kelompok masyarakat, bahasa tidaklah hanya sekedar berfungsi sebagai alat untuk menyusun sebuah realitas tertentu. Mempelajari bahasa merupakan dasar dari penelitian lapangan, bahkan bahasa merupakan langkah awal dan paling penting dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan di suatu masyarakat tertentu.
          Ketika pertama kali saya melakukan penelitan lapangan, bertempat di dusun puntondo kabupaten Takalar Sulawesi selatan. Saya mulai mempelajari suatu kebudayaan masyarakat pesisir disana. Berbagai bentuk pengapliakasian budaya terlihat disana. Mengenai berbagai macam unsur, etnis yang berbeda dari masyarakat yang lain.
          Hal yang menarik untuk menjadikan topik penelitian kami adalah mengenai Jera'na Karaengta, sebuah sebutan makam yang sangat disakralkan oleh masyarakat di dusun tersebut.
Penduduk disana termaksud beberapa informan saya berasal dari penduduk Takalar asli yang menggunakan bahasa makassar. Yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia yang selalu ku gunakan. Kondisi ini membuat saya merarasa seolah-olah berada di suatu dunia asing. Dua,tiga hari berlalu saya tak dapat berbuat apa-apa.
          Disini saya mengerti bahwa bahasalah yang mampu menyerap segala sesuatu dari interaktsi kita dengan para informan terkait dengan apa yg menjadi objek penelitian kita.
Interaksi saya dengan tidak baik (banyak data yang saya tidak bisa dapatkan) namun alhamdulillah salah satu teman kelompok kami dapat berinteraksi dengan para informan kami karena ia berasal dari makassar asli sehingga memudahkan pencarian kami.
          Pentingnya bahasa dalam penelitian lapangan tak diragukan lagi bahkan dalam berbagai film yg sering kita saksikan demi memberitahukan kepada penonton mengenai isi yang terdapat didalamnya, di deskripsikan yg disajikan tersebut tidaklah dapat berjalan dengan baik kecuali melibatkan keterlibatan bahasa. Disaat saya menonton film 'Armagedon' yang isinya menggunakan bahasa inggris yang sangat berbeda dengan bahasa yang saya gunakan setiap hari. Akan sangat berbeda dalam memahami film tersebut dibadingkan disaat saya menonton film 'Ada apa dengan cinta' yang menggunakan bahasa indonesia. Sekalipun film yg menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari memiliki terjemahan didalamnya namun akan nampak berbeda ketika kita mencoba memahami, meresapi film tersebut.

Konflik di Kalangan Mahasiswa


Siapa yang tidak mengenal seseorang yang berstatus sebagai mahasiswa. Label sebagai “agen perubah” di tengah-tengah masyarakat sangat melekat pada ciri mereka. Bergelut dalam dunia pentrasferan ilmu baik di dalam kelas dengan pengajar (dosen) maupun di luar kelas atau biasa di sebut dengan istilah “diskusi” dan mendapat gelas “sarjana” yang pada era sekarang ini dapat di perhitungkan dalam dunia kerja. Tawuran dan demonstrasi pun kerap kali melibatkan mereka bahkan, mereka menjadi pemain utama di jalan atau di depan instansi pemerintahan ataupun swasta dalam aktivitas ini. Aksi mahasiswa ini di pandang oleh sebagian masyarakat sebagai tindakan anarkis yang negatif. Hal ini telah menjadi budaya tersendiri bagi cikal bakal penerus bangsa kita. Artinya, prilaku ini sesungguhnya terjadi merupakan cerminan dari gejolak batin mahasiswa yang masih suka melakukan pemberontakkan secara massif.
Sebenarnya konflik yang terjadi tidaklah dapat tergolong sebagai prilaku yang berasal dari masalah yang serius. Tak sedikit yang bermula dari masalah yang sepele tetapi berujung lama tanpa penyelesaian melalui jalan damai. Hal ini menunjukkan belum adanya kematangan sosial yang berstruktur yakni pribadi fragile yang menyebabkan mahasiswa gampang terpengaruh oleh isu-isu yang seharusnya bisa diselesaikan dengan jalur musyawarah.
Konflik adalah aspek intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan dalam perubahan sosial. Konflik merupakan sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai, dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan (Miall, 2000:8).
Konflik yang muncul di kalangan mahasiswa ini di latarbelakangi oleh perbedaan yang dibawa masing-masing mahasiswa ke dalam suatu kelompok. Perbedaan tersebut berupa ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar dalam interaksi sosial di lingkungan kampus. Setiap masyarakat pernah mengalami konflik, baik antara anggota masyarakat maupun dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri (Wikipedia, 2010).

Referensi :
Miall, Hugh dkk. 2000. ”Resolusi Damai Konflik Kontemporer”. Jakarta: Rajawali Pers.
Wikipedia.2009. Konflik. http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik(Diakses 20 Oktober 2010)

PujiAle


Bagi sebagian dari kita, sikap membanggakan diri merupakan kegiatan yang  tanpa sadar sering kita lakukan. Memamerkan sesuatu yang lebih menonjol bagi sebagian yang telah di sepakati oleh masyarakat pada umumnya tergolong lebih baik dari yang lain, selalu nampak pada diri kita.
 Bercermin dengan kaca yang lebih besar mengambarkan bahwa diri kita lebih hebat dari yang lain. Gambaran ini terekspresikan dalam tindakan-tindakan sosial pada orang-orang bugis yang lebih di kenal dengan sebutan ‘Pujiale’. (Yahya)
Sejak abad ke-20  cara hidup orang-orang suku bugis berbeda dengan suku-suku yang lain (ila-galigo.blogspot). Selain menjunjung tinggi harkat diri maupun orang lain dan setia kawan serta,  menempatkan kejujuran dalam orientasi tindakan (Yahya), sikap memamerkan dan merasa lebih dari yang lain dalam menonjolkan sikap melalui berbagai ekspresi acapkali nampak dari prilaku mereka.
Puji Ale merupakan salah satu tindakan-tindakan sosial yang di apresiasikan dalam meninggikan sesuatu kepada orang lain. Sikap ini tidak hanya terlihat dari tindakan sosial tetapi juga dari berbagai ucapan yang terlontarkan.
Seperti, ketika penulis berbincang-bincang dengan seorang teman yang acapkali memuji dirinya sendiri. Awal perbincangannya, penulis merasa biasa saja tetapi hal tersebut lebih terlihat  tiap kali perbincangan terjadi  secara kontiyu. Penulis dapat mengambil kesimpulan sementara  bahwa dia menonjolkan sikap ‘pujiale’ dari  hasil pengamatan (observasi) terhadap tingkahlaku temannya secara terus menerus. Sekalipun memerlukan wawancara mendalam (indenpt interview) untuk mengetahui lebih dari itu, misalnya, asal usul orang tersebut demi meyakinkan data (apabila melakukan penelitian mendalam) tetapi, dari perbincangan dan pengetahuan yang penulis dapatkan sebelumnya bahwa sikap seperti itu dapat di kategorikan sebagai sikap ‘pujiale’ yang identik dengan ciri khas yang unik dari salah satu suku di Sulawesi Selatan ini.  

Referensi :





Ku Telah Gagal Memimpin Diriku


        Pernahkah kalian melihat sebuah pagar yang menjulang tinggi, terbuat dari besi dan baja yang tebal. Terkunci rapat dan tertata dengan rapi. Di sekelilingnya terlihat deretan alang-alang yang menandakan semakin lamanya ia kokoh berdiri. Dapat melihat dunia luar dari balik cela-cela kecil di saat kita berada di dalamnya. Di sanalah tempatku selama ini hidup, terkurung selama bertahun-tahun, hanya seorang diri.
        Di luar sana, tanggapan mereka terhadap diriku tak lain sebagai sosok manusia yang ideal sebagai gadis yang baik menurut standar penilaian duniawi. Ternyata semuanya keliru, diriku tak sebaik yang mereka fikir.
Menghadapi masalah yang tak tentu arah sehingga terkadang ragu dalam mengambil keputusan sering ku lakukan. Merasa lebih baik karena memiliki bekal yang cukup untuk hidup, membuatku semakin lupa diri dengan kehidupan orang lain. Selain itu, menganggap semuanya terasa mudah untuk di jalankan sendiri sehingga berbagi cerita dengan orang lain pun kurang perlu ku kerjakan.

Kini ku telah gagal memimpin diriku
       Bergelut dengan kemalasan dan menunda-nunda perbuatan yang positif kerap kali nampak di tiap aktivitasku. Berniat dengan tak bergantung pada orang lain dalam mengerjakan atau menghadapi sesuatu membuat ku semakin tak membutuhkan mereka. Di saat itulah sikap kepedulianku mulai luntur sehingga cukup beralasan kenapa kemudian setiap dari mereka menjauh, merasa sengan apabila dekat denganku (sekalipun di sisi lain baik untukku). Padahal, menjadi bagian dari kesuksesan orang lain adalah sebuah keindahan tersendiri dalam menjalani hidup. Menolong orang-orang di sekitar dengan berbagi pengetahuan, tergolong sebagai perbuatan yang ideal bagi manusia yang sadar akan dirinya sebagai insan yang berguna bagi yang lain.
        Hanya ada satu hal yang mesti tertata rapi dalam hidupku sekarang yaitu mampu berkomitmen yang pasti sehingga dapat memikirkan konsekuen yang kan terjadi, serta dapat konsisten akan tekad yang telah dan akan ku putuskan.

Kini baru ku tersadar, ku harus memimpin diriku