CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Senin, 21 Februari 2011

PujiAle


Bagi sebagian dari kita, sikap membanggakan diri merupakan kegiatan yang  tanpa sadar sering kita lakukan. Memamerkan sesuatu yang lebih menonjol bagi sebagian yang telah di sepakati oleh masyarakat pada umumnya tergolong lebih baik dari yang lain, selalu nampak pada diri kita.
 Bercermin dengan kaca yang lebih besar mengambarkan bahwa diri kita lebih hebat dari yang lain. Gambaran ini terekspresikan dalam tindakan-tindakan sosial pada orang-orang bugis yang lebih di kenal dengan sebutan ‘Pujiale’. (Yahya)
Sejak abad ke-20  cara hidup orang-orang suku bugis berbeda dengan suku-suku yang lain (ila-galigo.blogspot). Selain menjunjung tinggi harkat diri maupun orang lain dan setia kawan serta,  menempatkan kejujuran dalam orientasi tindakan (Yahya), sikap memamerkan dan merasa lebih dari yang lain dalam menonjolkan sikap melalui berbagai ekspresi acapkali nampak dari prilaku mereka.
Puji Ale merupakan salah satu tindakan-tindakan sosial yang di apresiasikan dalam meninggikan sesuatu kepada orang lain. Sikap ini tidak hanya terlihat dari tindakan sosial tetapi juga dari berbagai ucapan yang terlontarkan.
Seperti, ketika penulis berbincang-bincang dengan seorang teman yang acapkali memuji dirinya sendiri. Awal perbincangannya, penulis merasa biasa saja tetapi hal tersebut lebih terlihat  tiap kali perbincangan terjadi  secara kontiyu. Penulis dapat mengambil kesimpulan sementara  bahwa dia menonjolkan sikap ‘pujiale’ dari  hasil pengamatan (observasi) terhadap tingkahlaku temannya secara terus menerus. Sekalipun memerlukan wawancara mendalam (indenpt interview) untuk mengetahui lebih dari itu, misalnya, asal usul orang tersebut demi meyakinkan data (apabila melakukan penelitian mendalam) tetapi, dari perbincangan dan pengetahuan yang penulis dapatkan sebelumnya bahwa sikap seperti itu dapat di kategorikan sebagai sikap ‘pujiale’ yang identik dengan ciri khas yang unik dari salah satu suku di Sulawesi Selatan ini.  

Referensi :





Ku Telah Gagal Memimpin Diriku


        Pernahkah kalian melihat sebuah pagar yang menjulang tinggi, terbuat dari besi dan baja yang tebal. Terkunci rapat dan tertata dengan rapi. Di sekelilingnya terlihat deretan alang-alang yang menandakan semakin lamanya ia kokoh berdiri. Dapat melihat dunia luar dari balik cela-cela kecil di saat kita berada di dalamnya. Di sanalah tempatku selama ini hidup, terkurung selama bertahun-tahun, hanya seorang diri.
        Di luar sana, tanggapan mereka terhadap diriku tak lain sebagai sosok manusia yang ideal sebagai gadis yang baik menurut standar penilaian duniawi. Ternyata semuanya keliru, diriku tak sebaik yang mereka fikir.
Menghadapi masalah yang tak tentu arah sehingga terkadang ragu dalam mengambil keputusan sering ku lakukan. Merasa lebih baik karena memiliki bekal yang cukup untuk hidup, membuatku semakin lupa diri dengan kehidupan orang lain. Selain itu, menganggap semuanya terasa mudah untuk di jalankan sendiri sehingga berbagi cerita dengan orang lain pun kurang perlu ku kerjakan.

Kini ku telah gagal memimpin diriku
       Bergelut dengan kemalasan dan menunda-nunda perbuatan yang positif kerap kali nampak di tiap aktivitasku. Berniat dengan tak bergantung pada orang lain dalam mengerjakan atau menghadapi sesuatu membuat ku semakin tak membutuhkan mereka. Di saat itulah sikap kepedulianku mulai luntur sehingga cukup beralasan kenapa kemudian setiap dari mereka menjauh, merasa sengan apabila dekat denganku (sekalipun di sisi lain baik untukku). Padahal, menjadi bagian dari kesuksesan orang lain adalah sebuah keindahan tersendiri dalam menjalani hidup. Menolong orang-orang di sekitar dengan berbagi pengetahuan, tergolong sebagai perbuatan yang ideal bagi manusia yang sadar akan dirinya sebagai insan yang berguna bagi yang lain.
        Hanya ada satu hal yang mesti tertata rapi dalam hidupku sekarang yaitu mampu berkomitmen yang pasti sehingga dapat memikirkan konsekuen yang kan terjadi, serta dapat konsisten akan tekad yang telah dan akan ku putuskan.

Kini baru ku tersadar, ku harus memimpin diriku

Tips Mengerjakan Soal Psikologi


         Mengikuti berbagai tes untuk mendaftar pekerjaan sebagai kariawan atau ingin masuk ke perguruan tinggi adalah persyaratan utama yang harus di lewati.  Berbagai tes harus di kerjakan, termaksud tes soal psikologi .
         Tes psikologi banyak di gunakan dalam berbagai kepentingan, diantaranya tes untuk seseorang dalam rangka mengevaluasi diri terhadap kemampuan, bakat yang di miliki, minat yang ada serta sifat-sifat kepribadiannya. Selain itu, tes ini juga dapat di gunakan dalam kepentingaan kenaikan pangkat atau jenjang karir seseorang, kepentingan masuk ke perguruan tinggi serta seleksi calon kariawan. Banyak calon tes yang menganggap tes ini tergolong sangat berat bahkan Tak sedikit calon kariawan atau mahasiswa gugur di tes ini (peserta). Meskipun sudah banyak tips dalam mengerjakan latihan tes psikologi tetapi penulis menampilkan tulisan ini agar memberikan pengetahuan yang berbeda dalam rangka menambah ilmu dan berbagi pengalaman.
         Tes Intelegensi (kemampuan) adalah serangkaian tes yang harus di selesaikan dalam waktu tertentu atau lebih di kenal dengan istilah time limit test, yaitu sederetan soal yang relatif mudah tetapi di berikan batasan waktu. Tolak ukur kecerdasan seseorang pun di tentukan oleh jumlah soal yang dapat di selesaikannya dengan benar.

A.        Klasifikasi Tes, di kategorikan sebagai berikut :
a.     Tes kemampuan numerik
                Tes kemampuan numerik merupakan salah satu tes kemampuan mental yang tergolong utama dari yang lain yakni, mengukur kemampuan berfikir  yang berkaitan dengan bilangan dan konsep bilangan atau berbentuk angka-angka. Yang paling terpenting dalam tes ini terletak pada ketelitian dan kecermatan seseorang. 
b.    Tes kemampuan verbal
Melalui lisan atau bahasa secara tertulis adalah suatu pemikiran psikologis terhadap seseorang atau kelompok dalam melakukan tes. Variasi soal tes verbal meliputi sinonim, antonim, definisi sebuah kata dan lain sebagainya.
c.     Tes kemampuan perseptual
                Tes ini berbentuk symbol yang tekadang memiliki kemiripan yang sama sehingga cukup membingungkan.
d.    Tes kemampuan spatial
                Tes ini berhubungan dengan ruang atau tempat yang terdapat dalam soal tes , berupa gambar, ruang, potongan, biasanya tes ini tergolong dalam tes-tes perhitungan dan lain-lain.
e.    Tes kemampuan teknikal
                Sesuai dengan istilahnya, tes ini lebih menekankan kepada soal-soal gambar yang terkait dengan masalah-masalah keteknikan, baik teknik mesin, bangunan maupun  listrik (bagaimana cara kerja benda atau peralatan-peralatan tersebut).
f.      Tes kemampuan analitik
                Tes ini mengukur kemampuan analisis terhadap suatu pernyataan yang berupa berbagai informasi, bagaimana memecahkan informasi tersebut lalu menarik kesimpulan dan
g.     Tes kemampuan kecerdasan
Berbeda dengan tes-tes di atas, tes ini mengukur kemampuan peserta dalam melaksanakan tugas-tugas rutin yang membutuhkan kecepatan dan keakuratan.

B.        Waktu Mengerjakan Soal

Penentuan waktu sangatlah bergantung dalam tes intelegensi (kemampuan) ini. Hal ini bukanlah keharusan untuk menjawab setiap nomor soal dalam batas waktu yang telah di tentukan akan tetapi, lebih kepada sebanyak apa seseorang mampu menjawabnya dengan benar. Biasanya pada setiap sesion (satu jenis) tes tersebut diberi waktu 5 atau 10 menit, tergantung apakah soalnya cukup banyak atau tingkat kesulitannya relatif lebih tinggi. Dengan waktu tersebut peserta atau calon yang mengikuti tes mampu menyelesaikan soal dalam waktu sekian detik karena dapat mengukur waktu yang di tentukan dengan jumlah soal yang harus di selesaikan.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah jika peserta merasa ragu dengan soal-soal yang tertera. Sebaiknya ia melompati atau tidak mengerjakannya lalu berusaha mengerjakan soal berikutnya. Walaupun hal itu tidaklah selalu membantu akan tetapi, peserta harus memahami bahwa mulailah mengerjakan soal yang lebih sederhana karena mempermudah menyelesaikannya.

Referensi:
Soenanto, Hardi, dkk., Memahami Psikotes, Bandung : Pustaka Grafika, 2002.




Bunga Pun Layu

         Tubuhnya yang dulu padat, kini jadi kurus kering. Rambutnya yang indah telah rontok satu persatu dan wajahnya terlihat pucat. Ia bernama ‘bunga’, terbaring sakit beberapa tahun terakhir.
         Sebelumnya, kami adalah sahabat sejak duduk di Sekolah Dasar (SD). Berbagai cerita  telah kami bagi bersama. Keindahannya lebih sangat terasa di saat kami sekelas dan duduk di bangku yang sama di salah satu Sekolah Negri Menengah Pertama (SMP). Kenakalan remaja, mulai dari bolos sekolah, perkelahian antar siswi dan kehidupan malam menjadi kegiatan yang kami gemari. Tetapi siapa yang duga, pertemanan kami berakhir begitu saja. Saya mulai berfikir untuk menata hidup ku dengan lebih baik. Menutup aurat dengan mengenakan kerudung adalah pilihan yang telah ku putuskan. Ku kira ia suka dengan perubahan itu tetapi tidaklah demikian. Bunga mulai menjauh dan mencari teman yang baru untuk menemaninya terus melakukan kegiatan yang kami lakukan bersama.
        Sejak masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA), sekolah kami pun berbeda. Saya sudah tidak lagi melihatnya seperti dulu karena perubahannya semakin buruk. Modernisasi memperbudak gadis putih, cantik dan tinggi ini. Sesekali saya mencoba bersilaturahim ke rumahnya seperti dulu tetapi ia tidak pernah menyambutku dengan baik bahkan, seakan sengaja tidak ingin bertemu dengan ku lagi.
Setahun berlalu, kami menjalani kehidupan masing-masing. Alhamdulillah prestasiku di sekolah mulai meningkat, kehidupan ku yang dulu kini berangsur membaik. Waktu pun berlalu begitu cepat, saya tidak lagi ke rumah bunga dan sudah tidak mengetahui keadaannya. Lalu, saya mendengar bahwa bunga jatuh sakit tetapi kerena kesibukan sehingga belum bisa menjenguknya.
        Dua tahun berlalu, saya di terima di salah satu Perguruan Tinggi Negri di Makassar. Kegembiraan itu membuat saya tidak menunda untuk mengabari dan berbagi bersama bunga. Tetapi, saya terkejut disaat bertemu dengannya, ia terlihat bukanlah bunga yang ku kenal dulu. Selama dua tahun bunga terbaring sakit, dokter sudah tidak dapat berbuat lebih sehingga memulangkannya ke rumah.
        Wajah dan tubuhnya tak sebaik dulu. Pertemuan terakhir kami sangatlah indah. Kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbagi cerita. Bunga banyak memuji ku, ia terus memuji ku. Ia menyesal tidak menerima ajakan ku dulu untuk meninggalkan kehidupan yang membuatnya hancur. Gaya hidup membuat bunga jatuh sakit karena minuman keras, pergaulan bebas dan yang lain telah ia geluti. Ia menyesal dan meminta maaf padaku. Tahukah kalian sobat, sungguh saat itu air mata yang ingin kujatuhkan kutahan sekuat mungkin. Kesedihan di hati tersembunyi rapi di balik senyumanku, karena ku tak mau ia melihatku menangis. Bunga pun meminta pamit, awalnya saya tidak mengerti tetapi di saat perjalanan pulang ke rumah, saya menerima kabar dari ibunya bahwa bunga telah tiada.

Dunia hanya tipuan bagai kilatan mutiara di tanah yang gersang
Wahai hamba Allah segalanya akan berakhir
Kita telah tertuang, pada taqdir yang bersanding menunggu….
(Abu Al ‘Itahiyah)

         Ya robb, sungguh sekarang ku mulai mengerti. Jalan yang engkau tunjukkan dulu hingga sekarang adalah jawaban untuk menjadikan ku sebagai manusia yang lebih baik dan mulia. Hidayah-Mu merupakan hadiah terindah seumur hidupku. Kini, saya hanya bisa bertemu dengannya di tempat peristirahatan terakhir. Kalau bukan karena petunujuk-Mu ya Allah Zat Pemberi Petunjuk, mungkin saya tidak dapat menulis kisah ini.
Insyaallah dengan keizinanMu ya Robb
Aku akan jejaki, jalan yang Kau ridhai
Suka dan duka kuterima, dengan penuh taqwa
Aku bersyukur menerima rahmatMu

Insyaallah, dengan keizinanMu Robb
Ku kan mencapai cita-cita murni
Ku abdikan hidup dan matiku
UntukMu, karenaMu ya Robb

(Hijjaz : KeizinanMu)


Referensi:
A.    Fillah, salim., Agar Bidadari Cemburu Padaku, Yogyakarta : PRO-U MEDIA, 2007.

Minggu, 20 Februari 2011

Menikah Tanpa Cinta

Adakalanya sebuah pernikahan terjadi tanpa dilandasi oleh cinta. Mereka berpendapat bahwa cinta itu bisa muncul setelah pernikahan. Islam memandang bahwa faktor ketertarikan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Islam melarang seorang wali menikahkan seorang gadis tanpa persetujuannya dan menghalanginya untuk memilih lelaki yang disukainya seperti yang termuat dalam Al Qur'an dan Al Hadist

Firman Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, yang artinya: "Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin dengan bakal suaminya" (QS. Al Baqarah: 232)

"Dari Ibnu Abbas rodhiyallahu anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam , lalu ia memberitahukan bahwa ayahnya telah menikahkannya padahal ia tidak suka , lalu Rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam memberikan hak kepadanya untuk memilih” (HR Abu Daud)

Karena yang menjalani sebuah pernikahan adalah kedua pasangan itu bukanlah wali mereka.

Selain itu seorang yang hendak menikah hendaknyalah melihat dahulu calon pasangannya seperti termuat dalam hadist: "Apabila salah seorang dari kamu meminang seorang wanita maka tidaklah dosa atasnya untuk melihatnya, jika melihatnya itu untuk meminang, meskipun wanita itu tidak melihatnya" (HR. Imam Ahmad)

Memang benar dalam beberapa kasus, pasangan yang menikah tanpa didasari cinta bisa mempertahankan pernikahannya. Tapi apakah hal ini selalu terjadi, bagaimana bila yang terjadi adalah sebuah neraka pernikahan, kedua pasangan saling membenci dan saling mencaci maki satu sama lain. Sebuah pernikahan dalam islam diharapkan dapat memayungi pasangan itu untuk menikmati kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang dengan mengikat diri dalam sebuah perjanjian suci yang diberikan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Karena itulah rasa cinta dan kasih sayang ini sudah sepantasnya merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum kedua pasangan mengikat diri dalam pernikahan. Karena inilah salah satu kunci kebahagian yang hakiki dalam mensikapi problematika rumah tangga nantinya.

BAHAYA (Tabarruj) MEMPERTONTONKAN AURAT



Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Segala puji bagi Allah , shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi saw, beserta keluarga dan shahabatnya.
Fenomena wanita tidak berjilbab, terbuka dan menampakan aurat kepada laki-laki adalah fitnah yang menimpa kebanyakan negara di dunia, semua orang tahu akan hal itu. Dan tentu saja itu adalah kemungkaran yang sangat besar dan kemaksiatan yang amat jelas, dan merupakan faktor terbesar bagi datangnya azab, karena menampakan aurat dapat menimbulkan perbuatan keji, kriminal, hilangnya rasa malu dan menyebarnya kerusakan.
Bertaqwalah kalian wahai kaum muslimin, bimbinglah orang-orang yang buruk akhlaknya diantara kalian, jagalah wanita-wanita kalian dari terjerumus ke dalam larangan-larangan Allah, wajibkanlah kepada mereka untuk memakai jilbab dan menutup aurat, waspadailah murka Allah dan azab-Nya, Nabi Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda dalam hadits shahih:
“ Sesungguhnya manusia jika melihat kemungkaran tidak menginkarinya, maka bisa saja Allah akan meratakan azab-Nya kepada mereka semua“.
Dan Allah berfirman:
“ Orang-orang kafir dari Bani israil telah dilaknat melalui lisan (capan) Dawud dan Isa putra Maryam. Ynag demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah perbuatan yang selalu mereka perbuat. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka perbuat“. (QS: Al-Maidah: 78-79)
Dan dalam kitab Musnad dan yang lainya diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa rasulullah saw membaca ayat tersebut kemudian bersabda:
“ Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, hendaklahlah kalian menegakan amar ma’ruf dan nahi munkar, membimbang orang yang buruk akalnya dan meluruskanya agar sejalan dengan kebenaran, jika tidak sungguh Allah akan membenturkan hati sebagian kalian atas hati sebagian yang lain dan akan melaknat kalian sebagai melaknat mereka“. Dan dalam hadits shahih lainya nabi Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
“ Barang siapa melihat diantara kalian kemungkaran kemungkaran, maka hendaklah merubahnya dengan tanganyan (kekuasaanya), jika tidak mampu maka dengan lisanya, jika tidak mampu maka menginkari dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman“.
Allah dalam al-qur’an telah memerintahkan para wanita agar berjilbab dan berdiam diri di rumah, serta menjauhi dari dari perbuatan mempertontonkan aurat atau melemah lembutkan suara dalam berkata kepada pria, agar terhindar dari kerusakan dan fitnah.
Allah berfirman:
“ Wahai istri-istri nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertaqwa, maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasulnya. Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.“ (QS: Al-Ahzab: 32-33)
Dalam ayat ini Allah melarang istri-istri nabi yang mulia (para ummahaatul mukminin) –dan mereka adalah sebaik-baik wanita dan paling suci- dari melemah-lembutkan suara dalam berbicara kepada kaum pria, agar orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit shawat tidak berhasrat kepada mereka, dan mengira bahwa mereka juga punya hasrat yang sama denganya.
Allah memerintahkan mereka agar berdiam diri di rumah serta melarang mereka mempertontonkan aurat sebagaimana prilaku jahiliah berupa menampakan perhiasan dan keindahan seperti kepala dan wajah, leher, dada, lengan, betis serta perhiasan lainya, karena dapat menimbulkan bencana kerusakan dan fitnah yang besar serta menggerakan hati kaum pria untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendekatkan kepada zina.
Jika Allah memperingatkan kepada ummahaatulmukminin (istri-istri nabi Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam ) dari kemungkaran tersebut, padahal mereka adalah wanita-wanita solihah yang beriman dan senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian mereka, maka yang selain mereka lebih utama untuk menerima peringatan dan lebih dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam fitnah. Dalil yang menunjukan bahwa hukum menjaga aurat berlaku umum pada istri-istri rasul saw dan wanita-wanita lainya adalah firman Allah :
“ Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan rasulnya“. (QS: Al-Ahzab: 33). Sesungguhnya perintah-perintah ini umum bagi istri-istri nabi saw dan selain mereka.
Allah juga berfirman:
“ Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka“. ( Al-Ahzab: 53). Ayat yang mulia ini dengan jelas menunjukan kewajiban para wanita untuk membatasi diri dari laki-laki dan tidak menampakan auratnya. Allah menegaskan dalam ayat tersebut bahwa berhijab adalah lebih suci bagi hati para laki-laki dan hati para perempuan serta lebih menjauhkan mereka dari perbuatan keji dan dari segala yang mendekatkan kepadanya, Allah juga mengisyaratkan bahwa keterbukaan dan tidak berhijab adalah prilaku buruk dan najis, sedangkan berhijab adalah wahai kaum muslimin, beradaplah kalian dengan adab yang diajarkan Allah, laksanakanlah perintahnya, wajibkanlah kepada wanita-wanita kalian untuk berhijab, karena itu dapat mengantarkan kepada kesucian dan keselamatan.
Allah berfirman:
“ Wahai Nabi! Katakan kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri orang-orang mukmin,“ hendaklah mereka menutupkan hijabnya ke seluruh tubuh mereka,“ yang demikian itu agar mereka lebih muda untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah maha pengampun maha penyayang“. (QS: AL-Ahzab: 59).
Al-jalaabib: jamak dari jilbab, ia adalah sesuatu yang yang dikenakan perempuan untuk menutupi kepala dan badanya melapisi pakaianya agar terhijab dan tertutup auratnya. Allah memerintahkan para wanita orang-orang mukmin agar menutupkan jilbab-jilbab mereka pada sisi-sisi keindahan mereka seperti rambut, wajah dll, agar dikenal iffah (menjaga kesucian) sehingga dirinya terhindar dari fitnah dan orang lainpun tidak tergoda untuk mengganggunya. Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas,“ Allah memerintahkan para wanita orang-orang beriman, jika mereka keluar dari rumah untuk satu keperluan, agar menutupi wajah-wajah mereka dari mulai atas kepala mereka dengan jilbab, dan menampakan satu mata“. Dan Muhamad ibnu Sirin mengatakan,“ aku bertanya kepada Ubaidah As-Salmani tentang firman Allah:
" يدنين عليهن من جلابيبهن "
“ Hendaklah mereka menutupkan hijabnya ke seluruh tubuh mereka“, maka ia menutup mukanya dan kepalanya serta menampakan mata kirinya“. Kemudian Allah SWT mengabarkan bahwa Dia maha pengampun atas segala kekurangan yang telah lampau dalam maslah tersebut sebelum turunya larangan dan peringatan dari-Nya.
Allah berfirman:
" والقواعد من النساء اللاتي لا يرجون نكاحا فليس عليهن جناح أن يضعن ثيابهن غير متبرجات بزينة وأن يستعففن خير لهن والله سميع عليم "
“ Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakan perhiasan, tetapi memelihari kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.“ (QS: An-Nur: 60)
Allah mengabarkan bahwa para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), tidak ada dosa atas mereka untuk menanggalkan pakaian dari wajah dan tangan mereka jika mereka tidak bermaksud menampakan perhiasan mereka. Dari sini diketahui bahwa wanita yang berniat menampakan perhiasan tidak boleh menanggalkan pakaian dari wajah dan tanganya atau dari aurat lainya, dan ia berdosa ketika itu meskipun telah tua, karena setiap yang jatuh selalu ada yang memungutnya, dan karena menampakan perhiasan dapat menyebabkan fitnah terhadap pelakunya meskipun ia adalah orang yang tua, dan tentu dosanya lebih besar dan dampak fitnah terhadapnya juga besar.
Allah mensyaratkan pada wanita tua hendaklah tidak termasuk yang masih ingin menikah (sebagaimana dalam ayat diatas), karena jika masih ingin nikah, maka keinginanya itu akan mendorongnya untuk selalu berhias dan menampakan perhiasanya demi mendapatkan pasangan, maka ia dilarang untuk menanggalkan pakaianya dari tempat-tempat perhiasanya untuk menghindarkan dia dan orang lain dari fitnah.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

   1. Bertakwa.
   2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
   3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
   4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
   5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
   6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
   7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
   8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
   9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
  10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
  11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
  12.  Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
  13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
  14. Berbakti kepada kedua orang tua.
  15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman : 
“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13)

قال رسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا مَعَ عَبْدِي حَيْثُمَا ذَكَرَنِي وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw:
“Aku bersama hamba Ku ketika ia mengingat Ku dan bergetar bibirnya menyebut nama Ku” (Shahih Bukhari)

Ini hadits qudsiy, di sini ada sedikit salah terjemah. Di sini sabda Rasulullah saw semestinya selanjutnya sabda Rasulullah saw bahwa Allah berfirman. Jadi ucapan ini dari Allah Swt bukan dari Nabi Muhammad saw.
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt yang telah menghadirkan kita di dalam kehadiran teragung sepanjanzaman yaitu kehadiran detik – detik dimana kita sedang mendekatkan diri kepada Allah.
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt Maha Raja Alam Semesta yang menguasai setiap hamba dan semua yang tercipta. Dicipta oleh Allah bukan dicipta oleh makhluk lainnya.

Seorang suami istri menikah belum tentu bisa menghasilkan seorang anak. Akan tetapi ada samudera ketentuan Ilahi yang mengatur segala kehidupan dan mengatur setiap nafasku dan nafas. Maha Melihat sedang melihat jiwa, ingatlah Dzat yang paling pantas untuk diingat.
ImageTelah bersabda Nabiyyuna Muhammad Saw riwayat Shahih Bukhari. “ada di antara manusia itu yang beramal dengan amalan ahli neraka hampir sepanjang hidupnya sampai antara dia dan neraka hanya satu jengkal saja”. Tetapi didahului kehendak Ilahi maka dia beramal dengan amalan ahli surga, bertaubat kepada Allah dan dia masuk ke dalam surga.“Ada lagi kelompok yang beramal dengan amalan ahli surga sampai antara dia dan surga tinggal satu hasta saja, lalu didahului oleh ketentuan Allah terlebih dahulu dia beramal dengan amalan ahli neraka dan dia masuk neraka”. (Shahih Bukhari)

Kita bertanya kenapa ini dan untuk apa gunanya ibadah? Kalau semuanya sudah ditentukan oleh Allah Jalla Wa Alla. Jangan putus asa dari Rahmatnya Allah. Karena Allah telah berfirman didalam hadits qudsiy, ”Ana ‘inda dzhanni ‘abdiy biy” Aku bersama persangkaan hamba-Ku.
Seorang hamba siang dan malam tidak pernah bisa meninggalkan dosa, siang dan malam tidak pernah terlintas hal yang baik tiba – tiba sekilas ia melihat atau mendengar sesuatu yang baik didalam Islam maka berubahlah ia kepada Cahaya Keindahan Keridhoan Ilahi. Orang – orang yang bejat, orang – orang yang kejam dan sadis berubah menjadi ahli sujud, berubah menjadi orang yang selalu tangannya menengadah ke hadirat Allah, menjadi orang yang paling khusyu’ di muka bumi terkena sinar cahaya nabawiy yang diterbitkan oleh Allah untuk membawa kebahagiaan yang abadi yang dibawa oleh Sayyidina Muhammad Saw. Dialah (Allah) yang menerbitkan rahasia kebahagiaan itu. Kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

Lalu bagaimana dengan orang yang selalu beramal baik? Lalu apa gunanya ibadah? Barangkali dengan kesombongannya itu, bisa Allah balik ia berubah menjadi orang yang menginginkan perbuatan jahat dan ia wafat dalam keburukan. Menuntun orang yang berbuat baik selalu dan menuntun orang yang selalu berbuat dosa agar berpadu dalam kemuliaan Ilahi.
Allah Swt berfirman, “Wahai manusia berhati – hatilah dan bersiaplah. Akan datang hari kiamat kepadamu, Sang Pencipta alam semesta yang mencipta dari tiada, yang menghamparkan permukaan bumi dari tiada, yang membentangkan angkasa sebagai lambang keindahan-Nya dari tiada, mengatakan bahwa akan datang hari kehancuran. Sebagaimana ini semua ada dari tiada, ini semua akan berubah menjadi tiada karena ini semua Milik-Ku”. Berapa milyar sel tubuh kita yang berfungsi setiap hari, siapa yang memerintah sel tubuh kita untuk berfungsi, siapa yang memerintah sel tubuh kulit ketika kulit terluka, lantas ia merajut kembali sel – sel kulit yang baru. Allah Allah Allah.

Allah Swt sebelum mengajak kita berdzikir, sudah menjadikan alam semesta ini berdzikir. Alam semesta berdzikir kehadirat Allah, mengagungkan Nama Allah, tersisalah jiwaku dan jiwa kalian yang sepi dari dzikrullah. Lihat keadaan teman – teman kita, bangga dan tenangnya dengan narkotika miliknya. Jika ia melihatnya, ia akan bersujud terus dalam sujudnya hingga wafat.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari, ketika jenazah orang yang wafat itu diusung. Jika jenazah shalihin, ia berkata “Qaddimuniy..qaddimuniy” Cepat – cepat majukan aku, bawa ke makamku karena aku akan mendapatkan kemuliaan. Tapi apabila yang wafat itu adalah orang – orang yang fasiq, banyak berbuat dhalim, banyak berbuat jahat maka ia berkata “Yaa waylahaa, ayna yadzhabuu biha” ini mau dibawa ke mana jasadku, jangan cepat – cepat dikuburkan, aku akan dimintai bertanggung jawab.

Allah berfirman, “Inna zalzalatassa’ati syai’un adhim ” Hari kiamat itu adalah hari yang sangat dahsyat (QS. Al Hajj : 1). Hari itu orang yang punya bayi yang diasuhnya dilempar bayi itu dan meninggalkan semua anaknya karena takut dimintai pertanggungjawaban. Wanita yang hamil menggugurkan kehamilannya, kenapa? Bertanggung jawab atas dirinya saja susah, apalagi bawa tanggung jawab atas bayi yang baru lahir.
Image Akan Kau lihat manusia itu lari kesana – kemari bagaikan mabuk dari takutnya panggilan – panggilan api neraka (QS. Al Hajj : 2). Kau lihat mereka seakan mabuk, mereka bukan mabuk tapi melihat dahsyatnya kejadian di hari kiamat.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika ayat ini turun sebagian para sahabat berjatuhan karena takutnya kepada Allah atas firmannya. Manusia yang paling berkasih sayang, manusia yang paling ramah, manusia yang tidak senang melihat manusia sedih dan risau, seraya berkata, “Absyiru..absyiru” Sini – sini mendekat. “Jangan bergelimpangan menangis seperti itu, sini – sini berkumpul dekat denganku”, kata Rasul saw. Maka Rasul saw bersabda, “Hai umatku kalian ini aku harapkan pasti menjadi ¼ penduduk surga”. Mendengar kata – kata itu, , dihibur oleh Sang Nabi saw, maka bertakbir para sahabat “Allahu Akbar,.masya Allah 1/4 ahli surga”. Rasul saw tambah lagi, “Kalian tahu bahwa aku minta pada Allah bukan ¼ bahkan sepertiga dari ahli surga”. Lalu Rasul tersenyum dan berkata, “Hai, kalian tahukan kalau aku berdoa kepada Allah agar kalian umat Muhammad ini menjadi ½ ahli surga” maka para sahabat bertakbir. Diriwayatkan di dalam riwayat yang shahih bahwa Rasul dipilihkan oleh Allah, “Mau ½ umatnya masuk surga atau Syafa’at?” Namun beliau saw memilih syafa’at karena kalau syafa’at seluruh umatnya masuk ke dalam surganya Allah Swt.

Salahkah jika kita mencintai Nabi Muhammad Saw. Inilah Muhammad Rasulullah saw. Manusia yang paling tidak pernah ingin mengecewakan orang lain. Rasul saw adalah orang yang tidak mau mengecewakan makanan sekalipun. Ia benda mati tapi ia hidup. Kalau suka dimakan, kalau tidak suka dimakan (Shahih Bukhari).
Rasul saw diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari: Tiadalah beliau dipilihkan untuknya dua hal. Kalau disuruh pilih dua hal untuk umatnya pasti memilih yang paling ringan untuk umatnya Saw. Inilah idola kita Sayyidina Muhammad Saw, kenali idolamu Muhammad Rasulullah Saw, bukan orang yang tidak pernah sujud kepada Allah dan hari – harinya hanya membuat kebiadaban semakin besar di muka bumi. Muslimin mengeluarkan harta yang banyak untuk membeli tiket berkumpul bersama mereka yang tidak pernah sujud kepada Allah. Kumpul bersama orang yang tidak pernah sujud kepada Allah. Karena indahnya hatimu dan lembutnya hatimu dan kasih sayangmu, beliau saw tahu manusia ini bukan hanya ibadah seperti malaikat. Demikian indahnya dan ringannya dan menakjubkannya tuntunan Nabiyyuna Muhammad Saw.
Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw didatangi oleh seorang yang mengadu, “Ya Rasulullah mulai sekarang aku tidak mau lagi shalat subuh berjamaah di masjid itu.” Rasul bertanya, “Kenapa tidak mau shalat berjamaah subuh?” Ia berkata, “Karena imamnya baca surahnya panjang, baca surah AlBaqarah”. Maka imam itu dipanggil oleh Rasulullah, bukan orang ini yang ditegur. “Aku punya pekerjaan ya Rasulullah, aku bekerja. Kalau aku duduk hadir shalat subuh di situ bagaimana dengan pekerjaanku”. Tapi Rasul saw justru menegur imam itu dengan teguran yang tegas, “Afattaanun anta ya Mu’adz..?!” apakah kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?!.. Kalau kau jadi imam jangan panjang – panjang baca surah karena di antara mereka ada yang bekerja, ada yang sakit, ada yang tua, ada yang sibuk, jangan memberatkan orang kecuali jika kau ingin membawa shalatmu sendiri shalat sunnah, silahkan! sepanjang – panjangnya. Tapi kalau untuk umatnya, maunya mereka, maunya shalatnya yang ½ juz panjangnya silahkan!, maunya yang ¼ juz saja silahkan!, mau yang 100 ayat, mau yang 10 ayat ikuti umatmu. Tapi jangan beratkan makmum. Sampai beliau saw berkata “..anta ya Muadz..?!” apakah kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?! Demikian indahnya Sayyidina Muhammad Saw.

Keberkahan muncul bagi beliau dan pada hari – hari beliau saw. Ketika Rasul saw didatangi tiga orang tamu, “Assalamu’alaikum warahmatullah”, Rasulullah diam.“Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”, Rasulullah tidak jawab, kali yang ketiga Rasul bertayammum lalu menjawab salam. Para Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah dari tadi kami memberi salam dan kau tidak jawab, kami kira kau murka pada kamidan kami adalah ahli neraka.” Rasul menjawab “bukan itu”, kata Rasul saw. “Aku tidak ingin menjawab terkecuali dengan keadaan suci”. Lailahailalllah, adakah akhlak seperti ini?
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan makna yang pertama Nabi saw tidak mau dari memuliakan tamunya menjawab salam dalam keadaan tidak wudhu itu tidak sopan untuk Nabi saw. Kenapa? Tidak ada air di depannya baru bertayammum dan barulah menjawab salam.
Hadits yang baru saja kita baca tadi “Ana ma’a ‘abdi haitsu maa dzakaranii wa taharrakat bii syafataah” Aku bersama hamba- hambaKu ketika ia mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Mengingat Allah itu bukan hanya dengan hati. Ternyata kita dengar haditsnya “..wa taharrakat bii syafataah” bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Ternyata Allah masih menghargai bibir yang menyebut Nama-Nya.

Oleh sebab itu, inilah indahnya dzikir. Zaman sekarang orang bicara rindu dengan teman wajar, rindu dengan kekasih pantas, rindu dengan anak pantas, tapi kalau rindu dengan Allah koq sepertinya aneh? “Wamaa khalaqtuljinna wal insa illa liya’budun” Tidak kuciptakan jin dan manusia terkecuali untuk menyembah kepada-Ku (QS. Adz-Dzaariyat : 56). Allah tidak butuh penghambaan kita. Inilah kenapa Allah mencipta seluruh manusia keturunan Adam as. Kita bertanya, aku ini orang yang amam terhadap cinta kepada Allah? Lalu bagaimana dengan cinta Allah ini? Sepertinya kalau harus jujur aku lebih cinta yang lain daripada Allah, aku lebih peduli pada yang lain daripada Allah, malah jangan – jangan di antara kita lebih sibuk memikirkan sandalnya jangan sampai hilang saat sujud kepada Allah. Allah Swt berfirman, “Laa yukallifullahu nafsan illa wus a’ha, laha maa kasabat wa a’laiha maktasabat” (QS. Al Baqarah : 286). Bagaimana dengan kesalahan – kesalahan ini Rabbiy?  Ini ucapan coba kita renungkan! Tapi ternyata yang mengajari adalah Allah. “Rabbana wala tahmil a’alaina ishran kama hamaltahu a’lalladziina min qablina” Orang sebelum kami itu dahsyat, perintahnya berat, segala – galanya berat, jangan Kau bebankan kami seperti mereka (QS. Al Baqarah : 286). Indahnya kalimat ini “warhamna” sayangilah kami. “..fanshurna a’lalqaumil kaafiriin” tolonglah kami dari orang – orang yang jauh dan musuh – musuh Islam (QS. Al Baqarah : 286).

Inilah doa. Allah senang kepada hamba-Nya yang berbuat baik. Ini ada dua riwayat di dalam Shahih Bukhari. Riwayat yang pertama yang melakukannya adalah pria, riwayat yang kedua yang melakukannya wanita. Tentunya kedua – duanya barangkali terjadi karena dua – duanya ada dalam Shahih Bukhari. Pernah seorang pria melakukan dan pernah seorang wanita yang melakukannya. Sampai anjing itu menjilat tanah dari hausnya. Ada sumur, anjing tidak bisa masuk ke dalam sumur. Maka ia mengambilkan air untuk anjing itu dan berkata “ini untukmu”. Anjing itu minum dengan puasnya. Anjing tidak bisa berterima kasih, siapa yang berterima kasih padanya? Tidak ada. “Fasyakarallahu lahu faghafara lahu” Allah berterima kasih kepada hamba itu, Allah ampuni dosanya. Allah yang berterima kasih. Kebaikan pada seekor anjing, hanya memberi minum seekor hewan najis, Kau berterima kasih untuknya. Alangkah indahnya Allah, alangkah agungnya Allah, alangkah mulianya Allah, alangkah bersalah dan ruginya jiwa yang tidak mencintai Allah, alangkah indahnya Nama Allah, alangkah mulianya keagungan Allah, alangkah berharganya orang yang ingin mendekat kepada Allah, alangkah berharganya pengampunan yang ditawarkan kepada para pendosa.

Maka kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt menghapus seluruh dosa – dosa kita. Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari “orang – orang yang berkumpul di majelis dzikir..” Allah memerintahkan malaikat khusus untuk mencari majelis – majelis dzikir, diturunkan ke bumi masing – masing malaikat punya tugas. Mau apa? Duduk, saksikan, hadir dan banyaknya mereka itu sampai ke langit.
Lalu ketika hadir, selesai mereka dari kehadirannya. Maka Allah Swt bertanya kepada malaikat, “Apa yang mereka perbuat?” Malaikat menjawab, “Mereka berdzikir pada-Mu wahai Allah”. Allah bertanya, “Mereka berdzikir menyebut Nama-Ku, berdzikir pada-Ku, apakah mereka melihat-Ku?” Malaikat berkata, “Tidak ya Allah, mereka tidak melihat-Mu”. Betapa indah jiwa yang berdzikir kepada Allah, padahal mereka tidak melihat Allah. Allah tanya malaikat, “Lalu bagaimana kalau mereka melihat Aku saat mereka berdzikir?” Malaikat menjawab, “Wahai Allah kalau sampai mereka itu melihat-Mu saat berdzikir, mereka tidak akan berdiri dari tempat dzikirnya dan terus berdzikir dan semakin khusyu’ dzikirnya”. Allah bertanya, “Lalu apa yang mereka inginkan?” Malaikat menjawab, “Mereka berkata mereka menginginkan surga wahai Allah”. Allah tanya, “Apakah mereka sudah melihat surga?” Malaikat menjawab, “Belum wahai Allah”. Allah bertanya, “Bagaimana jika mereka melihat surga?” Malaikat menjawab, “Pasti ingin lebih meminta lagi wahai Allah”. Allah bertanya, “Lalu apa yang mereka takutkan?” Malaikat menjawab, “Api neraka wahai Allah”. Allah bertanya, “Api neraka, apakah mereka sudah melihat neraka?” Malaikat menjawab, “Belum wahai Allah”. Allah bertanya, “Bagaimana kalau mereka melihat neraka?” Malaikat menjawab, “Wahai Allah mereka akan sangat ketakutan sekali, kalau sampai melihat api neraka”. Maka Allah berkata, “Saksikan malaikat-Ku, Aku sudah menghapus seluruh dosa mereka”. Malaikat berkata, “Wahai Allah ada di antara mereka itu yang hadirnya tidak ikhlas, punya hajat dengan temannya dan kebetulan numpang duduk di situ, bagaimana dengan keadaannya, tidak pantas mendapatkan pengampunan”. Allah menjawab, “Mereka itu adalah orang – orang yang barangsiapa duduk bersama mereka, Allah tidak akan menghinakannya”. Duduk bersama orang berdizikir dimuliakan oleh Allah Swt.

Kita bermunajat kepada Allah Swt, semoga Allah Swt melimpahkan Rahmat dan Keluhuran kepada kita, kepada bangsa kita, kepada muslimin – muslimat. Ya Rahman Ya Rahim Ya Dzaljalali wal ikram.

Washallallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam..