CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

MY PICTURE'S

MY PICTURE'S
KEISTIMEWAAN SEORANG WANITA TERPANCAR DARI HIJABNYA

Jumat, 23 Juli 2010

Ketika Ku Harus Mengamati



“Mengerjakan sesuatu tidak semudah membalikkan telapak tangan”.
Siapa yang tidak mengenal kalimat ini, bagi kebanyakan orang di dalam proses mengerjakan sesuatu tidaklah semudah yang mereka bayangkan. Diperlukan niat, strategi yang penuh hati-hati dan pengetahuan sesuai lingkup yang ia fokuskan. Seorang wanita yang ingin menjadi koki di salah satu restoran yang menjual aneka ragam roti di Makassar harus mengetahui cara pembuatan roti. Ia juga harus mengetahui bahan dan alat-alat yang di gunakan dalam pembuatannya, waktu yang di perlukan serta kalau perlu ia harus membuat bermacam inovasi baru mengenai bentuk, rasa dan warna dari roti tersebut, yang dapat menjadi salah satu daya tarik para pelanggan. Hal demikianpun berlaku bagi para para peneliti.
Di dalam penelitian, seorang peneliti di tuntut untuk menggunakan metode yang jelas. Dalam hal ini metode penelitian terbagi menjadi dua yakni metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam metode penelitian kualitatif peneliti dapat menerangkan gejala atau fenomena secara lengkap dan menyeluruh, penelitiannya bersifat induktif serta pengumpulan datanya bersifat deskriptif. Teknik pengamatan (observasi) merupakan salah satu bagian dari metode tersebut. Mengamati berbagai gejala social dengan melihat, mendengar dan merasakan hal-hal yang terjadi di sekeliling kita. Di dalam melakukannya seorang peneliti harus memperhatikan ruang atau tempat kejadian, siapa yang menjadi pelaku, kegiatan apa yang mereka kerjakan, benda apa yang di gunakan, kapan hal itu terjadi serta tujuan dan bagaimana perasaan mereka saat fenomena itu terjadi sehingga mereka di sebut sebagai observer.
Seperti kebanyakan para peneliti pemula yang lain, bagiku mengamati fenomena yang berada sekeliling kita tergolong sulit (difficult), sekalipun bagi sebagian para ahli ilmu social menyepelekan tehnik ini karena mengganggapnya kurang perlu untuk dilakukan. Padahal, ketika tehnik ini digunakan secara sempurna sesuai dengan persyaratan yang ada di dalamnya akan sangat berguna untuk memperoleh data yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Sebagai peneliti pemula, bagiku keinginan mendalami penelitian yang ingin ku lakukan sangat bergantung dengan apa yang telah di ku amati.
Sebelum ku mengenal penelitian, mengamati suatu fenomena tak pernah terfikirkan olehku. Sekalipun dalam kehidupan sehari-hari tanpa sadar aku sudah melakukan pengamatan. Mendengar namanya atau mengetahui mekanisme di dalamya pun belum pernah ku dapatkan. Keengganan untuk mengamati gejala di sekitar kita berarti keengganan untuk melakukan penelitian lapangan (kualitatif). Betapa perlu dan pentingnya tehnik ini karena kebudayaan merujuk pada pengetahuan yang di peroleh, yang digunakan orang untuk mengintrepretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku social. Hal ini sangat bergantung dengan apa yang telah diamati. Contoh yang di deskripsikan Spradley disaat beliau membaca suatu berita di Manneapolis Tribune dalam Metode Etnografi, 2006 (edisi kedua), mengenai kerumunan orang yang salah memahami upaya penolongan telah menyerang polisi, memiliki dua kelompok anggota masyarakat yang mengamati kejadian sama tetapi mengintrepretasikannya dengan berbeda.
Dalam pengamatan, setiap orang pun mengintrepretasikannya berbeda-beda sekalipun objek pengamatannya sama. Karena peneliti memiliki kebudayaan sendiri yang terkadang berbeda dengan kebudayaan yang menjadi objek penelitiannya. Pengalihan ku dari keinginan untuk mengamati yang sebelumnya tak pernah ku lakukan (tanpa sadar telah ku lakukan) harus ku tingkatkan, begitupun kalian yang mengaku sebagai seorang peneliti pemula.
Anda ingin mengetahui lebih banyak lagi.
Kunjungi : www.dwiloveislam-dwie.blogspot.com atau twitter@dwiafifaah.com untuk berdiskusi tentang masalah apapun (via message).
Semoga bermanfaat, terima kasih.

0 komentar: